Sabtu, 31 Juli 2010

kelangkaan sumber daya alam di indonesia

Masalah sumber daya timbul karena adanya ketidakseimbangan antara sumber daya yang tersedia dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat. Ada empat masalah yang berkaitan dengan keberadaan sumber daya, yaitu masalah kependudukan dengan lingkungan hidup, masalah produktivitas lahan dan manusia, masalah kualitas lingkungan dan masalah penyebaran sumber daya.

Hukum kelangkaan merupakan landasan fundamental bagi keberadaan ekonomi sumber daya manusia dan ekonomi sumber daya alam. Ekonomi sumber daya manusia sebagai cabang khusus dari ilmu ekonomi pada dasarnya menjelaskan bagaimana memanfaatkan sumber daya manusia yang terbatas dalam rangka menghasilkan berbagai barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia seoptimal mungkin. Sejalan dengan itu, ekonomi sumber daya alam juga merupakan cabang khusus dari ilmu ekonomi yang kajiannya memfokuskan pada masalah pemanfaatan sumber daya alam yang ada, baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang. Dalam membahas fokus kajiannya, ekonomi sumber daya manusia tidak hanya menggunakan teori ekonomi mikro tetapi juga teori ekonomi makro. Di lain pihak, ekonomi sumber daya alam lebih banyak menggunakan pendekatan teori ekonomi mikro.

Ekonomi sumber daya manusia dan ekonomi sumber daya alam keduanya dapat dikategorikan sebagai ilmu ekonomi terapan atau ilmu ekonomi normatif.


Sumber Daya Manusia dan Alam serta Pembangunan Ekonomi

Konsep pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang berbeda. Terjadinya pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi pertumbuhan ekonomi belum tentu mencerminkan terjadinya pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu kriteria. Keberhasilan pembangunan ekonomi.

Keterkaitan antara sumber daya manusia dan alam dengan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh konsep fungsi produksi. Dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi, pengembangan sumber daya manusia mutlak diperlukan. Melalui pendekatan terpadu pengembangan sumber daya manusia, peranan sumber daya manusia dalam proses pembangunan ekonomi akan semakin penting. Ada hubungan tertentu antara pertumbuhan ekonomi dengan sumber daya alam dan dengan barang sumber daya alam.

Hubungan negatif terjadi antara pertumbuhan ekonomi dengan sumber daya alam, sedang hubungan positif terjadi antara pertumbuhan ekonomi dengan barang sumber daya alam.

Peranan sumber daya alam dalam pembangunan ekonomi akan ditentukan oleh tingkat teknologi, modal dan juga kualitas sumber daya manusianya itu sendiri. Memacu pembangunan ekonomi berarti pula mengurangi persediaan sumber daya alam. Karena itu diperlukan pengertian pemanfaatan sumber daya alam yang bijaksana dan lestari, yang disertai pula dengan pengertian tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan.


Persediaan Sumber Daya Alam

Konsep persediaan sumber daya alam memiliki kesepadanan makna dengan kata “reserve” atau “stock” atau cadangan sumber daya alam. Sedangkan cadangan sumber daya merupakan sumber daya alam yang sudah kita ketahui jumlahnya dan bernilai ekonomis.

Sejauhmana sumber daya alam itu dapat melayani kebutuhan manusia terdapat dua kelompok pemikiran yaitu kelompok pertama adalah kelompok pesimis dimana mereka menyatakan bahwa sumber daya alam terbatas adanya. Sedangkan kelompok lain adalah kelompok yang merasa optimis yang mengatakan bahwa sumber daya alam itu berlimpah persediannya dan tidak akan pernah habis.


Mengukur Kelangkaan Sumber Daya Alam

Kebenaran dari seluruh alat pengukur masih perlu dikaji bagaimana ketelitian dari alat ukur tersebut. Pendekatan dengan biaya produksi, maupun scarcity rent harus dikaji ulang mengingat kondisi pasar yang ada, khususnya apakah mekanisme pasar dapat bekerja secara sempurna, tidak ada eksternalitas, dan tidak ada campur tangan pemerintah.

Pendekatan baik secara fisik maupun secara ekonomis sama-sama memiliki kelemahan. Pendekatan secara fisik tidak memiliki kepastian mengenai besarnya persediaan. Sedangkan pendekatan secara ekonomis memiliki kelemahan yaitu bila mekanisme pasar tidak dapat bekerja secara sempurna. Oleh karena itu masih sulit untuk memastikan kondisi dari sumber daya alam itu, apakah masih melimpah atau sudah langka adanya


Klasifikasi Sumber Daya Alam

Pada dasarnya sumber daya alam itu dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu sumber daya alam yang tak dapat pulih atau tak dapat diperbaharui, sumber daya alam yang pulih atau dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang mempunyai sifat gabungan antara yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui.

Perbedaan antara sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan sumber daya yang tak dapat diperbaharui hanyalah tergantung pada derajat keberadaannya. Perubahan jumlah dan kualitas sumber daya alam sepanjang waktu, tanpa melihat penggunaan sumber daya tersebut, dapat berarti peningkatan atau pengurangan, membaik ataupun memburuk, terus menerus ataupun bertahap pada laju yang konstan ataupun laju yang berubah-rubah.


Beberapa Masalah Konservasi Sumber Daya Alam

Konservasi adalah tindakan untuk mencegah pengurasan sumber daya alam dengan cara pengambilan yang tidak berlebihan sehingga dalam jangka panjang sumberdaya alam tetap tersedia. Di lain pihak deplisi menunjukkan pengurasan sumber daya alam yang ada.

Ada dua pandangan terhadap konservasi sumber daya alam, yaitu kelompok optimisme dan kelompok pesimisme. Meskipun keduanya sama-sama mendukung konservasi sumber daya alam, tetapi keyakinan terhadap konservasi keduanya berbeda.

Banyak faktor yang akan menentukan ketersediaan sumber daya alam di masa datang. Faktor-faktor tersebut tidak seluruhnya dapat dikendalikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam tertentu, yang dalam hal ini dikenal sebagai kebijakan sumber daya alam yang bertanggung jawab.

Permasalahan dalam konservasi sumber daya alam mencakup dua hal, yaitu pertimbangan konservasi dan masalah alokasi sumber daya alam antarwaktu.

Masalah pertimbangan konservasi dicerminkan oleh tiga hal, yaitu apakah konservasi itu menguntungkan, apakah masyarakat menginginkan untuk mengadakan konservasi, dan bagaimana menanggulangi hambatan konservasi yang mungkin muncul. Di lain pihak, masalah alokasi sumber daya alam antarwaktu berkenaan dengan masalah periode waktu perencanaan yang sangat panjang serta adanya risiko dan ketidakpastian, baik dalam bentuk ketidakpastian teknologi maupun ketidakpastian permintaan
Baca Selengkapnya →kelangkaan sumber daya alam di indonesia

Minggu, 11 Juli 2010

DATABASE TRIGGER DAN CONSTRAINT

Tugas ini mengulas tentang manajemen stock atau inventory dan tidak membahas bagaimana menghitung Total ataupun subtotal. Untuk manajemen stock dibuat menggunakan trigger database. Privilege yang dibutuhkan CREATE TRIGGER.
Ada lima tabel yang digunakan yaitu MASTER_BARANG, ORD, ORD_DETAIL, SALES dan SALES_DETAIL. Rancangan tabel seperti pada gambar.
Ketentuan
• Barang yang akan dibeli atau dijual harus ada di tabel MASTER_BARANG
• Pembelian akan menambah stock barang
• Penjualan akan mengurangi stock barang
• Quantity (QTY) penjualan dan pembelian boleh diupdate dan otomatis akan mempengaruhi jumlah stock di MASTER_BARANG
1. MEMBUAT TABEL DAN CONSTRAINT
CREATE TABLE MASTER_BARANG (
KODE_BRG NUMBER(4) PRIMARY KEY,
NAMA_BRG VARCHAR2(20) NOT NULL,
HARGA NUMBER(10),
STOCK NUMBER(4));
CREATE TABLE ORD(
NO_ORDER NUMBER(4) PRIMARY KEY,
ID_SUPPLIER NUMBER(4) NOT NULL,
TGL_ORDER DATE,
RP_TOTAL NUMBER(12));

CREATE TABLE ORDER_DETAIL(
NO_ORDER NUMBER(4) REFERENCES ORD(NO_ORDER),
NO_URUT NUMBER(3),
KODE_BRG NUMBER(4) REFERENCES MASTER_BARANG(KODE_BRG),
HARGA NUMBER(10),
QTY NUMBER(4),
SUBTOTAL NUMBER(10));

CREATE TABLE SALES(
NO_SALES NUMBER(4) PRIMARY KEY,
ID_CUST NUMBER(4) NOT NULL,
TGL_SALES DATE,
RP_TOTAL NUMBER(12));

CREATE TABLE SALES_DETAIL(
NO_SALES NUMBER(4) REFERENCES SALES(NO_SALES),
NO_URUT NUMBER(3),
KODE_BRG NUMBER(4) REFERENCES MASTER_BARANG(KODE_BRG),
HARGA NUMBER(10),
QTY NUMBER(4),
SUBTOTAL NUMBER(10));

2. MEMBUAT TRIGGER DATABASE
Trigger UPDATE_STOCK_BRG_ORD
Buat trigger update_stock_brg_ord di tabel order_detail Yang berfungsi untuk mengupdate stock di tabel master_barang jika ada pembelian barang atau perubahan qty di tabel order_detail.
CREATE OR REPLACE TRIGGER update_STOCK_brg_ord
BEFORE INSERT OR UPDATE OF QTY ON order_detail
FOR EACH ROW
BEGIN
IF NVL(:OLD.QTY,0) < NVL(:NEW.QTY,0) THEN
UPDATE MASTER_BARANG
SET STOCK = STOCK + (NVL(:NEW.QTY,0)-NVL(:OLD.QTY,0))
WHERE KODE_BRG = :NEW.KODE_BRG;
ELSE
UPDATE MASTER_BARANG
SET STOCK = STOCK - (NVL(:OLD.QTY,0)-NVL(:NEW.QTY,0))
WHERE KODE_BRG = :NEW.KODE_BRG;
END IF;
END;
/

Trigger UPDATE_STOCK_BRG_SALES
Buat trigger update_stock_brg_sales di tabel sales_detail yang berfungsi untuk mengupdate stock di tabel master_barang jika ada penjualan barang atau perubahan qty di tabel sales_detail.
CREATE OR REPLACE TRIGGER update_STOCK_brg_sales
BEFORE INSERT OR UPDATE OF QTY ON sales_detail
FOR EACH ROW
BEGIN
IF NVL(:OLD.QTY,0) < NVL(:NEW.QTY,0) THEN
UPDATE MASTER_BARANG
SET STOCK = STOCK - (NVL(:NEW.QTY,0)-NVL(:OLD.QTY,0))
WHERE KODE_BRG = :NEW.KODE_BRG;
ELSE
UPDATE MASTER_BARANG
SET STOCK = STOCK + (NVL(:OLD.QTY,0)-NVL(:NEW.QTY,0))
WHERE KODE_BRG = :NEW.KODE_BRG;
END IF;
END;
/

3. ISI DATA KE TABEL
Isi master_barang dengan beberapa barang dengan kolom stock di set 0 sebagai data awal.
INSERT INTO MASTER_BARANG VALUES(100,’PERMEN’,1000,0);
INSERT INTO MASTER_BARANG VALUES(200,’BUKU’,2500,0);
INSERT INTO MASTER_BARANG VALUES(300,’ROTI’,1500,0);
-- Lihat isi data BARANG
select * from MASTER_BARANG;
KODE_BRG NAMA_BRG HARGA STOCK
---------- ---------- ------ -------
100 PERMEN 1000 0
200 BUKU 2500 0
300 ROTI 1500 0


4. PEMBELIAN, PENJUALAN dan UPDATE
Lakukan pembelian untuk semua barang permen 200, buku 100, roti 100 Proses pembelian disini berarti Anda mengisi data ke tabel ORD dan ORDER_DETAIL
-- Isi dulu tabel ORD
INSERT INTO ORD VALUES(1,100,SYSDATE,600000);

--Isi tabel ORD_DETAIL
INSERT INTO ORDER_DETAIL VALUES(1,2,200,2500,100,250000);
INSERT INTO ORDER_DETAIL VALUES(1,3,300,1500,100,150000);
INSERT INTO ORDER_DETAIL VALUES(1,1,100,1000,200,200000);

--Lihat data di ORD_DETAIL
SELECT * FROM ORDER_DETAIL;

NO_ORDER NO_URUT KODE_BRG HARGA QTY SUBTOTAL
-------- ------- ---------- ------ --- ----------
1 2 200 2500 100 250000
1 3 300 1500 100 150000
1 1 100 1000 200 200000

--Periksa stock pada tabel master_barang
select * from MASTER_BARANG;

KODE_BRG NAMA_BRG HARGA STOCK
---------- ---------- ------ -------
100 PERMEN 1000 200
200 BUKU 2500 100
300 ROTI 1500 100

-- Semua stock barang sudah bertambah sesuai jumlah order.

Lakukan penjualan barang permen 20, buku 10, roti 50. Proses penjualan disini berarti Anda mengisi data ke tabel SALES dan SALES_DETAIL
--Isi tabel SALES
INSERT INTO SALES VALUES (1,222,SYSDATE,120000); 1 row created.

--Isi tabel SALES_DETAIL
INSERT INTO SALES_DETAIL VALUES(1,1,100,1000,20,20000);
INSERT INTO SALES_DETAIL VALUES(1,2,200,2500,10,25000);
INSERT INTO SALES_DETAIL VALUES(1,3,300,1500,50,75000);

--Lihat isi tabel SALES_DETAIL
select * from SALES_DETAIL;

NO_SALES NO_URUT KODE_BRG HARGA QTY SUBTOTAL
-------- ------- -------- ------ ----- --------
1 1 100 1000 20 20000
1 2 200 2500 10 25000
1 3 300 1500 50 75000

--Lihat stock di tabel MASTER_BARANG
select * from MASTER_BARANG;

KODE_BRG NAMA_BRG HARGA STOCK
---------- ---------- ------ -------
100 PERMEN 1000 180
200 BUKU 2500 90
300 ROTI 1500 50

--Stock berkurang sesuai dengan jumlah penjualan.

Demikian pembahasan sederhana tentang manajemen stock (inventory) dengan menggunakan trigger database
Baca Selengkapnya →DATABASE TRIGGER DAN CONSTRAINT

Selasa, 06 Juli 2010

Pemaaf adalah Sifat- Nya

Salah satu sisi ajaran Islam yang paliong mendasar adalah pengampunan dan maaf. Hal ini sangat kontra dengan asumsi luas yang mengatakan bahwa Islam itu keras, dan ayat-ayat Al-Qur’an itu hanya penuh dengan ungkapan ‘siksaan’ (adzab). Seolah Islam itu sangat tidak ‘cinta’ dan ‘kasih sayang’, kontra dengan ajaran Kristen misalnya yang selalu menjadikan ‘cinta kasih’ sebagai slogan.

Sisi ajaran Islam yang pengampun dan pemaaf ini mendasar karena beberapa alasan sebagai berikut:

Pertama, bahwa di antara sekian Asma dan Sifat Ilahi, selain ‘Nama definite’ (Allah) ada dua yang paling nama dan sifat yang paling dominan dan berulang-ulang disebutkan dalam Al-Qur’an. Pertama adalah sifatNya yang ‘Rahmah’ (kasih sayang) dalam dua bentuk; Ar-Rahman, Ar-Rahim. Kedua, sifatNya yang ‘Pemaaf’ dalam empat bentuk; Al-Ghafuur, Al-Ghaffaar, Al-‘Afuuw dan At-Tawwab.

Kata Ghafuur dan Ghaffar misalnya, terulang lebih 70 kali salam Al-Qur’an. Demikian pula dengan kata ‘afuwwun’ dan ‘tawwabun yang seringkali dikaitkan dengan sifatNya yang ‘Rahiim’ berulang beberapa kali dalam Al-Qur’an.Kedua, bahwa dalam sejarah manusia memang sejak awal penciptaannya memerlukan pengampunan Tuhan Yang Maha Rahman. Di tempatkannya kedua orang tua manusia (Adam dan Hawa) dalam syurga, lalu kemudian diuji dengan sebuah larangan, menunjukkan bahwa hidup ini penuh dengan ujian yang besar kemungkinan akan menjadikan manusia terjatuh dalam dosa dan kesalahan. Untuk itu, dalam sejarahnya manusia bersalah dan memerlukan pengampunan. Maknanya, secara historis manusia memerlukan pengampunan dari Tuhan mereka.

Ketiga, bahwa manusia secara ‘tabiat’ memiliki juga kecenderungan untuk berbuat salah. Hal ini disebabkan karena adanya ‘kecednerungan dasar’ manusia yang disebut ‘hawa nafsu’ yang rentang menarik manusia kea rah yang bertentangan dengan dasar penciptaannya sebagai ‘makhluk fitri’ (suci). Realita ini menjadikan manusia berada pada posisi lebih mulia dari malaikat, tapi juga lebih rendah dari hewan. Kenyataan bahwa manusia memiliki hawa nafsu tapi mampu menjaga kesuciannya, menjadikanny terangkat ke derajat lebih tinggi dari malaikat. Tapi kenyataan lain bahwa dia diciptakan di atas dasar ‘fitrah’ namun hanyut dalam perbudakan hawa nafsunya, menjadikannya terjatuh dalam kehinaan yang lebih rendah dari hewan.

Itulah yang Allah firmankan: ‘Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dengan penciptaan yang sebaik-baiknya. Lalu kemudian Kami jadikan dia jatuh ke dalam derajat yang paling rendah’.

Ayat lain memuji kemuliaan manusia: ‘Sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam (manusia)’.

Namun pada ayat lain digambarkan: ‘Mereka itu layaknya hewan, bahkan mereka lebih sesat (dari hewan)’.

Maka, pengampunan bagi manusia menjadi ‘asasi’ karena kenyataan bahwa memang mereka, tanpa kecuali, pasti melakukan dosa dan kesalahan. Tentunya pengecualian berlaku untuk para nabi dan rasul yang diberikan penjagaan khusus (Ishmah), sehingga mereka dikenal sebagai hamba-hamba Allah yang ‘ma’shuumiin’ (terjaga).

Dua Sisi Maaf

Berbicara tentang maaf atau pengampunan, ada dua sisi yang perlu dijelaskan. Sisi pertama adalah sisi vertikal, yaitu pengampunan Allah SWT kepada hamba-hambaNya. Sisi kedua adalah sisi horizontal, yaitu maaf dari seorang hamba kepada sesama hamba Allah SWT.

Kedua sisi ‘maaf’ (pengampunan) ini sebenarnya saling terkait. Seorang hamba yang ringan maaf, insya Allah akan selalu menjadikan Allah SWT ‘ringan maaf’ kepadanya. Hal ini karena dia menjadikan Allah sebagai kiblat akhlaq (takhallquu bi akklaqillah). Maka keduanya juga menjadi ciri khas ‘ketakwaan’ yang disebutkan dalam Al-Qur’an.

Sisi Vertikal

Allah Yang Maha Rahman-Rahim tidak pernah menutup pintu ‘ampunan’ bagi hamba-hambaNya selama hamba itu masih dalam realita kehidupan dunianya. Maknanya, masih mengalami penyatuan antara kehidupan jasad dan ruh, yang lebih dikenal dengan kehidupan dunia. Apa saja kesalahan itu, dan sebesar apapun, Allah SWT dengan ‘rahmat’Nya yang maha luas dan tanpa batas akan mengampuni hamba-hambaNya.

Dalam sebuah ayat Allah SWT menjelaskan: ‘Katakan (wahai Muhammad), wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas terhadap diri mereka! Jangan berputus asa dari rahmat Allah, karena sesungguhnya Allah mengampui semua dosa. Sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’ (Al-Qur’an).

‘Sungguh Allah mengampuni semua dosa’. Itulah deklarasi Al-Qur’an yang tegas. Lalu bagaimana dengan ayat yang mengatakan bahwa ‘Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa yang mempersekutukan bagiNya?’. Jawabannya adalah bahwa jika seorang hamba melakukan dosa syirik, tapi sebelum meninggal dunia sempat meminta ampun dan kembali ke jalan tauhid, maka Allah akan mengampuni dosa tersebut. Namun jika dia meninggal dalam keadaan syirik, maka dia akan abadi dalam neraka. Dosa ini tidak akan diampuni (dihapuskan) sebagaimana dosa-dosa lain, selama orang tersebut meyakini ‘Tauhid’.

Sungguh kemaha-ampunan Allah itu sangat luat dan tidak terbatas. Dalam berbagai hadits, Rasulullah SAW menegaskan, antara lain:

‘Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum menghembuskan napas terakhir (maa lam yugharghir)’.

‘Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum mata hari terbit di ufuk barat’.

‘Sungguh Allah membuka pintu magfirah di malam hari bagi hamba yang berdosa dosa di siang hari. Dan sungguh Allah membuka pintu maghfirah di siang hari bagi hamba yang melakukan dosa di malam hari’.

Ada sebuah cerita yang menarik, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari:

‘Suatu ketika ada seseorang yang telah membunuh 99 orang. Lalu dia mendatangi seorang saleh untuk bertanya, apakah dia masih akan diampuni oleh Allah SWT? Oleh orang saleh itu dikatakan bahwa dosanya telah demikian besar dan Allah tidak akan mengampuninya lagi. Maka, dia pun marah dan membunuh orang saleh tersebut. Kemudian dia mendatangi seorang yang bijak dan ilmuan untuk menanyakan hal yang sama. Oleh sang bijak dan ilmuan itu dijawab bahwa jika memang dia iklas dang sungguh-sungguh, maka Allah akan selalu membuka pintu maaf baginya. Dengan gembira orang tersebut bertanya, apa gerangan yang harus dia lakukan agar Allah mengampuniya. Sang bijak memberitahu bahwa hendaknya dia berangkat ke suatu tempat dan beribadah bersama-sama dengan kelompok orang yang ada di tempat tersebut. Berangkatlah orang tersebut. Tapi dalam perjalanannya dia meninggal dunia. Maka dua malaikat datang bersamaanuntuk menjemputnya. Satu ingin membawanya ke syurga karena kinginannya untuk bertaubat dan berubah. Yang satu lagi ingin menyeretnya ke Neraka karena dosa yang besar, membunuh 100 orang. Mereka kemudian berselisih dan masing-masing ingin menang. Allah kemudian mengutus malaikat ketiga untuk menjadi penengah, dan Allah telah memerintahkan kepadanya untuk menentukan mana pihak (malaikat) yang benar. Malaikat ketiga kemudian memerintahkan keduanya untuk mengukur jarak dari mana dia datang dan jarak kemana orang tersebut menuju. Jika jarak asal kedatangannya lebih jauh berarti dia lebih dekat kepada syurga, dan jika sebaliknya, jarak ke tujuannya lebih jauh maka berarti dia lebih dekat ke neraka. Setelah diukur ternyata orang tersebut lebih dekat kearah tujuannya. Maka keputusan Allah adalah menerima hambaNya ini di syurgaNya’.

Itulah harapan yang tiada batas. Harapan yang mambawa kehidupan baru dalam hidup seorang hamba. Dan karenanya, menurut Al-Qur’an ‘sikap putus asa itu hanya dimiliki oleh mereka yang kufur’ (Al-Qur’an). Orang yang beriman akan selalu memiliki harapan untuk baik dan merubah hidup menjadi lebih baik. Dan harapan itu sangat terkait dengan ‘Rahmat’Nya Ilahi yang menaungi semuanya. Sebagaimana firmanNya ‘Sesungguhnya rahmatKu melampaui segala sesuatu’ (Al-Qur’an).

Sisi Horizontal

Sikap pemaaf dan mudah memaafkan ternyata menjadi salah satu ciri penting seorang hamba. Allah menyampaikan ‘Dan jika kamu memaafkan maka itu lebih dekat kepada ketakwaan’ (Al-Qur’an).

Barangkali ayat di S. Ali Imran akan menjelaskan lebih gamblang cir-ciri ketakwaan ini. Pada ayat tersebut Allah menjelaskan bahwa dalam menghambakan diri kepada Allah, dituntut keseriusan dan kerja keras. Bahkan sangat dianjurkan untuk memiliki spirit ‘persaingan’ (dalam makna positif) untuk menggapai kemenangan. Allah memulai dengan mengatakan ‘Berlomba-lombalah kamu dalam menggapi magfirah Tuhanmu dan dalam upaya masuk ke dalam syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang telah disiapkan bagi orang-orang yang tertakwa’.

Siapakah yang dimaksud orang-orang yang bertakwa itu menurut ayat ini? Mereka adalah orang-orang yang memiliki ciri-ciri berikut: ‘Yaitu mereka yang menafkahkan hartanya di saat lapang maupun sulit, menahan marah, serta memaafkan manusia. Mereka itulah orang-orang yang berbuat kebajikan (muhsinuun)’ (Al-Aur’an).

Orang-orang yang bertakwa itu bercirikan: pertama, ringan tangan dalam meringankan beban orang lain, baik secara komunitas maupun secara pribadi. Maknanya, orang yang tertakwa itu adalah pemurah sebab dia sadar kepemurahan Allah atas dirinya.

Kedua, dia mampu menahan marah. Ayat ini tidak mengatakan bahwa orang bertakwa itu tidak marah. Melainkan ketika dia marah dia mampu menahan marah. Marah adalah bagian dari tabiat manusia, dan semua manusia pasti akan mengalami suatu saat di mana Susana batinnya akan marah, termasuk Rasulullah SAW. Yang membedakan antara kita dengan rasulullah SAW adalah bahwa beliau hanya marah karena kebenaran (lil haqq). Selain itu jika beliau marah, maka marahnya beliau akan diredam dan disalurkan pada saluran positif dan kebenaran. Sebaliknya, terkadang kita marah lebih didorong oleh ego dan ‘self interests’. Dan jika marah terkadang tidak terkontrol, maka terjadilah hal-hal yang destruktif.

Ketiga, dia memiliki sifat dan sikap pemaaf (al-aafiina anin naas). Ketika seseorang marah maka tentu ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama adalah penyaluran negative, termasuk ‘mengutuk’ (cursing), memukul, menendang, melempar, dan semacamnya. Atau kedua, merenung lalu mencari celah untuk menyelesaikan permasalahan itu dengan jalur yang positif. Jalur yang positif tertinggi adalah ‘memaafkan’. Dan ini menjadi salah satu ciri ketakwaan yang agung.

Pertanyaannya adalah kenapa memaafkan itu begitu penting dan menjadi cirri khas orang-orang yang bertakwa? Ada beberapa alasan yang dapat diberikan:

Satu, karakter pemaaf menjadi refleksi akhlaaaqiyat Allah (karakter yang mencontoh akhlak Allah SWT). Hadits ‘takhallaquu bi akhlaqi Allah’ (berakhlaklah dengan akhlak Allah) bermakna memiliki karakter sebagai karakter-karakter Allah SWT, sesuatu dengan batasan dan kapasitas kita sebagai manusia. Allah sebagai pemaaf (Ghafuur, Ghaffar, ‘Afuwwun, Tawwaab) seharusnya terefleksi dalam sifat dan sikap kita terhadap sesama. Alangkah anehnya, jika setiap saat melakukan kesalahan, dan setiap saat pula Allah membuka pintu maaf bagi kita, namun kita begitu kikir dalam memaafkan orang lain. Seolah dalam bahasa perbuatan (lissan al haal) kita mengatakan bahwa kebaikan itu hanya datangnya dari yang lain, sementara kita sendiri hanya berada pada posisi untuk menerima kabaikan. Tentu ini bukanlah sifat orang yang bertakwa. Karena sifat ketakwaan, salah satunya, adalah memiliki sifat ihsan kepada yang lain.

Dua, karakter pemaaf merupakan refleksi kerendah hatian (tawadhu’) seorang hamba. Ketika seseorang memaafkan orang lain maka secara tidak langsung pertama kali adalah pengakuan akan ketidak sempurnaan dirinya sendiri. Dalam hati sanubarinya akan berkata ‘hari ini saudarav saya bersalah dan perlu dimaafkan, boleh jadi esok hjari saya yang berbuat salah dan saya memerlukan sesorang untuk memaafkan saya sendiri. Untuk itu, di saat orang lain memerlukan maaf saya maka saya perliu memaafkan untuk saya dengan mudah pula dimaafkan di saat nantinya saya berbuat kesalahan.

Pasalnya adalah bahwa tiada seorang pun yang ma’shum, terkecuali para nabi dan rasulNya. Oleh karenanya, ketika seseorang tidak mau memaafkan, sebenarnya seolah berkata bahwa saya tidak perlu maaf dari siapapun, toh saya tidak akan betrbuat salah kepada siapa saja. Dan jika ini terjadi, maka itulah kesombongan yang tidak perlu terjadi.

Tiga, karakter pemaaf juga merrupakan pengakuan akan hakikat eksistensi kebaikan pada setiap orang. Maknanya, sejahat apapun seseorang, niscaya dia memiliki kemungkinan untuk baik. Perbuatan dosa dan kesalahan bukan akhir dari harapan untuk baik. Hal ini karena pada setiap insan ada dasar penciptaan yang di atasnya diciptakan semua manusia. ‘Fitrah Allah yang darinya setiap manusia diciptakan. Tiada pergantian/perubaha n pada fitrah tersebut’ (Al-Qur’an).

Ayat yang tersebut di S. Ar-Rum itu menggambarkan bahwa tanpa kecuali semua manusia itu memiliki ‘sinar sejati’ dalam dirinya karena memang itulah asas penciptaannya. Kesalahan yang dilakukan hanya refleksi kemanusiaannya yang turut serta dilengkapi oleh ‘hawa nafsu’. Untuk itu, ketika seorang manusia berbuat salah, sesungguhnya bukan karena dia berubah menjadi makhluk lain, dan kehilangan jati diri (fitrah) tapi sekedar kelemahan sehingga dia terseret oleh tarikan hawa nafsunya.

Untuk itu, di saat diomaafkan berarti pula merupakan pengakuan bahwa orang tersebut masih memiliki ‘kesempatan’ untuk kembali ke fitrahnya. Atau masih ada harapan untuk kembali menjadi manusia yang baik. Contoh terdekat dari ini adalah ketika rasulullah mendoakan salah satu dari diua orang terjahat di Mekah dengan doanya ‘Allahumma ihdi ahada Umaraen’ (ya Allah tunjukilah salah satu dari dua Umar). Ternyata Allah mengabulkan doa beliau dan ditunjukiNya Umar ibnu Khattab r.a. Kenapa salah satu Umar ini didoakan? Karena sejahat apapun mereka, mereka ada potensi yang masih dapat diharapkan dan bahkan menjadi potensi perjuangan umat ke depan.

Empat, memaafkan juga merupakan ‘syifaa’ (obat) yang mujarab, baik bagi yang memaafkan maupun yang dimaafkan. Bagi yang memaafkan, maka dia akan menjadi tenang dan kembali berlapang dada/.eorang yang tidak mau memaafkan akan selalu memendam amarah, sakit hati dan kebencian. Oleh karenanya akan beraty baginya merasakan ketenangan dan kedamain hidup. Di malam harin akan susah merasakan nyenyaknya tidur, di siang hari akan susah merasakan lezatnya makan. Yang paling berbahaya adalah jika amarah terseb ut diikuti oleh upaya-upaya balas dendam, disitulah awal bencana yang akan ditanamkan oleh syetan dalam dirinya.

Bagi yang dimaafkan maka ini merupakan obat mujarab untuk memungkinkan baginya menjadi baik. Memaafkan orang yang salah sesungguhnya juga memberikan obat mujarab kepadanya untuk mengobati penyakit hati (maradh qalbi) yang ada padanya. Kesalahn yang dilakukannya merupakan refleksi dari adanya ‘sakit hati’, karena dalam hadits disebutkan ‘jika hati baik maka baik semua amal. Tapi jika hati rusak (sakit) maka rusaklah seluruh amalan’ (hadits).

Oleh karenanya ketika seseorang dimaafkan maka itu ‘peringatan’ baginya akan adanya ‘fitrah’ terselubung yang memungkinkan baginhya untuk menjadi orang baik. Pada zaman Rasulullah SAW ada seorang pemuda yang telah menjadi Islam, rajin shalat, puasa, dll. Tapi suatu ketika dia menghadap kepada Rasulullah SAW dan meminta izin untuk berzina. Ketika Umar mendengar dia meminta izin, Umar hendak memenggal leher anak muda tersebut karena dianggap sangat kurang ajar terhadap Rasul Allah SAW. Oleh rasulullah Umar ditahan dan beliau diingatkan ‘mahlan ya Umar!’ (pelan-pelan wahai Umar). Rasulullah kemudian mengajak sang pemuda itu mendekat kepadanya, lalu tangan beliau diletakkan di dadanya dan ditanya ‘apakah kamu punya ibu?’ Dijawabnya ‘iya punya’. Rasulullah bertanya lagi ‘apakah kamu punya saudari perempuan?’. Dijawabnya ‘iya punya’. Rasulullah kemudian betrtanya ‘apakah kamu punya tante?’ Dijawabnya ‘iya punya’. Rasulullah kemudian mengatakan ‘apakah kamu suka jika ada yang melakukan itu dengan ibumu, saudarimu, atau tantemu?’ Sang pemuda menjawab ‘tidak!’. Rasulul;lah kemudian menasehatkan ‘sesugngguhnya semua wanita itu adalah seorang ibu, saudari atau tante dario orang lain. Dan tak seorangpun yang akan menyukai hal tersebut jika terjadi pada ibu, saudari atau tantenya’. Lalu rasulullah mendokan anak muda terseb ut ‘ya Allah sucikanlah hatinya!’.

Sejak hari itu, anak muda tersebut tidak pernah berpikir yang tidak-tidak dan bahkan menjadi salah seorang anak muda yang paling taat di Madinah.

Perintah Allah kepada Rasulnya

Sebagai penutup akan saya kutipkan sebuah ayat yang mungkin dalam pikiran manusiawi kita sangat berlebihan. Bayangkan, Rasul Allah SAW pada ayat ini diperintah untuk memaafkan mereka yang bersalah kepadanya. Bukan Cuma itu, tapi memintakan ampun bagi mereka. Bahkan lebih dari itu, dan ini mungkin yang berat, yaitu diperintah untuk meminta masukan (musyawarah) dari mereka.

Ayatnya adalah ‘Maka disebabkan karena rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari skelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah an piun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kermudian jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya’ (Al Imran:159).

Sungguh indah ajaran Islam ini. Sungguh agung ajaran akhlak mulia Allah yang disampaikan kepada kita lewat ‘uswah hasanah’ manusia, Rasulullah SAW. Semoga kita diberikan taufiq dan hidayahNya dalam membangun sifat mulia ini. Mudah menyadarin akan dosa dan kesalahan, lalu rendah hati dan segera memohon ampunan kepada sang Pencipta. Tapi semoga pula, dengan dorongan rendah hati dan ketakwaan, menjadikan kita mudah berlapang dada untuk saling memaafkan. Semoga!
Baca Selengkapnya →Pemaaf adalah Sifat- Nya

Husnudzon vs Su’udzon

Hati mudah sekali terbolak-balik, kadang ´terang´, kadang ´gelap´. Ketika hati ´terang´, Saya suka merasa sangat bahagia,bahkan kadang berlebihan sehingga tak jarang timbul rasa bangga hati, sombong, ujub, sum´ah, dan riya.
Ketika hati ‘gelap’, Saya suka merasa sangat pesimis, putus asa, merasa sangat buruk luar biasa, tidak berharga sama sekali, merasa Ia Yang Maha Kuasa tidak menginginkan Saya untuk menjadi hamba sejati-Nya. Saya sendiri sering dicoba dengan ´terang-gelap´, sehingga Saya letih bermain dengan prasangka buruk saya kepada Allah Yang Maha Cinta Kasih-Maha Suci Allah dari apa yang sering Saya prasangkai buruk selama
ini.
Sehingga terkadang Saya mencoba melepaskan diri dari apa yang Saya prasangkai terhadap Allah. Akhirnya timbul dari pemikiran saya, bahwa mungkin semua ini merupakan ujian Allah sampai Saya benar-benar kuat, tidak goyah dalam pengabdian kepada-Nya.
Jadi, Saya harus terus-menerus mencoba membangun prasangka baik kepada Allah,sehingga Saya akan terus merasa Ia Yang Maha Pengampun dan Penerima Taubat senantiasa membukakan pintu
taubat dan pengampunan-Nya untukku, dan Ia Al Haadii akan senantiasa
membimbing saya dan terus membimbing hingga Saya bertemu dengan-Nya. Amin .
Apapun yang terjadi, seharusnya, dapat Saya sikapi dengan bijak, dengan
hanya Melihat-Nya Sang Pemberi; masalah-masalah ynag kuhadapi, apapun
itu, kecil ataupun besar, semuanya adalah sarana yang kan membawSaya
kepada Allah SWT. Amin.
Ketika Saya dengan prasangka buruk bergaul dengan para manusia, yang terasa di hati adalah perasaan kesal, sebal, dan terlintas benci
kepada mereka. Astaghfirullahal ´adzhiim.
Ketika Saya ´lurus-tulus´
bergaul dengan para manusia, maka yang terasa di hati adalah
bunga-bunga cinta kasih, sehingga apa yang terbawa akan senantiasa merasa
bahagia, dan Saya akan selalu tersenyum; memperlihatkan kebaikan dan
keramahan. Jadi, ´lurus dan tulus´lah kepada siapapun, karena sesungguhnya berprasangka buruk itu tidak akan menghasilkan kebenaran yang hakiki.
Dan juga, apabila ada prasangka buruk, maka pembicaraan yang ada sering tersalahpahami. Hmmm … pantas … hubunganku dengan Allah belum baik. Hmmm … pantas … hubunganku dengan sesama manusiapun belum baik.
Baca Selengkapnya →Husnudzon vs Su’udzon

Ahlaq Nabi Terhadap Kaum yang Menganiaya..Mampukah Kita Beruswah ?

Dari Abi Abdirrahman Abdillah ibni Mas’ud ra berkata, “Seolah aku
masih melihat Rasulullah SAW tengah menceritakan seorang nabi di
antara para nabi shalawatuhu wa salamuhu alaihim yang dipukul oleh
kaumnya hingga berdarah. Nabi itu lalu menyeka darah dari wajahnya
seraya berdoa, “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak
tahu”". (HR. Muttafaqun ‘alaihi)

Penjelasan: Kisah tentang kesabaran para nabi dalam menanggung siksaan
ketika menyampaikan dakwah kepada manusia. Di antara akhlaq nabi adalah menjawab kejahilan dengan permohonan ampun dan toleransi.
Anjuran untuk tidak meladeni kekasaran orang jahil dengan tindakan yang seperti mereka laksanakan
Baca Selengkapnya →Ahlaq Nabi Terhadap Kaum yang Menganiaya..Mampukah Kita Beruswah ?

Derajat Ikhlas

Penjelasan Tentang Tingkatan Ikhlas dan Bahaya yang Mengeruhkan Ikhlas dalam Kitab Ihya Ulumuddin

Ketahuilah, bahwa bahaya-bahaya yang mengganggu ikhlas itu sebagiannya jelas dan sebagiannya itu kuat serta tersembunyi. Dan tidak dapat dipahami perbedaan derajat-derajat dalam hal tersembunyi dan jelas kecuali dengan perumpamaan.

Paling jelas bahaya yang menggenggam ikhlas adalah riya.

Syetan memasukkan bahaya atas orang yang mengerjakan shalat manakala ia ikhlas dalam shalatnya, kemudian seseorang masuk, lalu syetan berkata, “Baguskanlah shalatmu, sehingga org yg hadir ini memandang kepadamu dengan pandangan kewibawaan dan kebaikan dan ia tidak memandang hina kepadamu dan tidak mengumpatmu.”
Maka anggota badannya khusyu, sendi-sendinya tenang dan shalatnya baik.Dan ini adalah riya yang tampak dan demikian itu tidak tersembunyi atas orang-orang yang pertama dari para murid murid.

Derajat yang KEDUA: bahwa murid itu telah memahami bahaya ini dan ia berhati-hati padanya, lalu ia berpaling dan tidak mentaati syetan dan melanjutkan shalatnya.

Lalu syetan mendatanginya dengan menampakkan kebaikan dan berkata, “Kamu adalah orang yang diikuti dan diteladani dan dipandang. Dan apa yang kamu perbuat itu membekas padamu dan orang lain mengikutimu. Maka bagimu pahala amal perbuatan mereka kalau kamu membaguskan amalmu dan atasmu dosa kalau kamu menjelekkan amalmu. Maka baguskanlah amalmu di hadapannya. Mudah-mudahan ia mengikutimu dalam kekhusyukan dan membaguskan ibadah.”

Ini adalah lebih samar daripada yang pertama. Kadang-kadang tertipu padanya orang yang tidak tertipu dengan yang pertama. Dan inu juga riya yang sebenarnya dan merusak keikhlasan.

Derajat KETIGA: bahwa seorang hamba berhati-hati terhadap tipu daya syetan. Maka ia membaguskan shalatnya di tempat yang sunyi agar shalatnya bagus di hadapan orang banyak. Maka dia tidak membedakan antara keduanya. Maka perhatiannya di tempat yang sunyi dan di keramaian adalah kepada makhluk.

Derajat KEEMPAT, dan ini adalah yang lebih halus dan lebih tersembunyi: bahwa manusia memandang kepadanya, sedang ia tengah melakukan shalat, lalu syetan lemah untuk berkata kepadanya, “Khusyuklah karena mereka”, karena syetan mengerti bahwa orang itu lebih cerdas terhadap demikian. Lalu syetan berkata kepadanya, “Berpikirlah ttg kebesaran Allah Ta’ala dengan keagunganNya dan tentang Tuhan yang kamu berada di hadapanNya dan malulah bahwa Allah melihat kepada hatimu, sedang ia lalai kepadaNya. Lalu dengan demikian hatinya hadir dan anggota badannya khusyuk dan ia menduga bahwa demikian ikhlas yang sebenarnya, padahal itu adalah tipu daya dan penipu yang sebenarnya.

Sesungguhnya khusyu, jikalau pandangannya kepada keagungan Allah, niscaya goresan ini terus menerus padanya di tempat sunyi dan niscaya hadirnya goresan hati tersebut tidak tertentu dengan keadaan hadirnya orang lain.

Tidak selamat dari syetan kecuali orang yang halus pandangannya dan bahagia dengan penjagaan Allah Ta’ala, taufiq-Nya dan petunjuk-Nya. Kalau tidak, maka syetan itu tidak meninggalkan orang-orang yang rajin ibadah kepada Allah Ta’ala. Ia tidak lalai dari mereka sekejap pun, sehingga ia membawa mereka kepada riya pada setiap gerakan, sehingga pada mencelaki mata, menggunting kumis, memakai wewangian di hari Jum’at dan memakai pakaian.

Karena itulah dikatakan, “Dua rakaat dari orang yang alim itu lebih utama daripada ibadah setahun dari orang yang bodoh.”
Baca Selengkapnya →Derajat Ikhlas

Bersih diri

Banyak sekali atau bahkan hampir semua, amal dan usaha kita sekarang
ini lebih merupakan wujud penolakan kita terhadap karsa Allah.
Lihatlah apa yang mendasari kita bekerja? Apa yang mendasari kita
sekolah atau kuliah? Apa yang mendasari kita mengatasi masalah?

Mungkin apabila kita mau jujur terhadap diri kita, jawabannya adalah karena
ketakutan kita akan kelaparan, kekurangan harta, takut disepelekan orang,
karena tersinggung, karena kebencian dan banyak lagi alasan lainnya, yang
semua itu bermuara kepada keinginan bersenang-senang dalam kehidupan
dunia (syahwat) atau ego (hawa nafsu).Karena itulah al Qur’an dalam perspektif lain menjelaskan tentang bahaya
mengikuti hawa nafsu dan syahwat, serta keharusan bagi kita untuk berupaya
mengendalikannya.

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat).Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran
(QS. 45:23)

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah
kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.
Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat jalannya dari binatang ternak itu). (QS. 25:43-44)

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Rabbku. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. 12:53)

Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan
dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada
kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan
penglihatannya telah dikuncimati oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang
yang lalai. (QS. 16:108)

Tidak akan mungkin kita menjadi seorang manusia yang menyerahkan diri kepada
Allah, apabila tarikan-tarikan hawa nafsu dan syahwat masih demikian kuat
terjadi dalam diri kita. Dan semakin hawa nafsu dan syahwat terkendali serta jinak,
maka setahap demi setahap meningkatlah keberserahandirinya kepada Allah Ta’ala.
Baca Selengkapnya →Bersih diri

Dosa Dosa

Banyak orang menyangka bahwa dosa-dosa yang harus ditaubati hanyalah
dosa-dosa yang dzahiriyah, seperti meninggalkan shalat, meninggalkan puasa,
membunuh, berzina, dsb.

Sedikit yang menyadari bahwa segala niat yang jelek-pun telah diperhitungkan
oleh Allah Swt.

Allah Swt berkata:
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu (anfusikum) atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang itu. (QS. 2:284)Nabi Saw pun berkata:
“Apabila bertemu dua orang Islam dengan pedang keduanya, maka yang membunuh
dan terbunuh itu dalam neraka”. Lalu ditanyakan: “Wahai Rasulullah, ini yang
membunuh. Maka bagaimana dengan yang dibunuh?” Beliau menjawab: “Karena ia
bermaksud membunuh kawannya”. (HR Bukhari dan Muslim)

Dari hadits ini kita mendapatkan penjelasan bahwa seorang berdosa (masuk
neraka) karena membunuh orang lain. Seseorang pun berdosa pula karena ia
“berniat” (memiliki niat) membunuh, walaupun karena kepiawaian ia yang
terbunuh. Seorang yang memiliki niat membunuh telah diperhitungkan sebagai
membunuh!

Bila kita menyadari hal ini, wah… betapa banyak kesalahan dan dosa yang
kita lakukan.
Mungkin kita tidak pernah membunuh orang, tetapi kita sering memiliki niat
dan berpikir dan berniat membunuh orang.
Mungkin kita tidak pernah mencuri, tetapi kita sering memiliki niat dan
berpikir mencuri harta orang lain.
Mungkin kita tidak pernah berzina, tetapi kita sering berpikir dan memiliki
niat berzinah dengan orang lain.

Sahabat-sahabat.
Yang membuat hati kita tertutup, bukan hanya karena dosa-dosa yang
dzahiriah. Namun juga disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dalam tingkat niat
dan pikiran. Yang kita harus taubati bukan hanya dosa-dosa yang dzahiriah,
namun juga segala kesalahan ini.

Dan sekiranya seseorang cerdas, maka ia akan melihat bahwa amal-amal yang
dilakukannya tidak akan pernah melebihi bahkan sekedar menyamai kesalahan
yang dilakukannya. Dalam keadaan seperti ini maka seseorang dapat kembali
suci bersih hanya dengan belas kasih dan pertolongan (rahmat) Allah Swt.

Karenanya Dia berkata:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan.Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka
sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar.Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih selama-lamanya… (QS.24:21)
Baca Selengkapnya →Dosa Dosa

“INDIKASI KEGAGALAN DAN KESUKSESAN DALAM SULUK”

“Tanda-tanda Kegagalan dan keberhasilan Perjalanan Menuju Allah”
menurut Ibnu Atha’illah Al-Iskandari

Terdapat 10 penyakit yang bisa menggagalkan perjalanan
seseorang menuju Allah, yakni;.. melihat amal, panjang
angan-angan, merasa telah sampai ke tingkat wali,
menunduk kepada makhluk, merasa puas dengan
penglihatan mimpi, bersuka cita dengan wirid,
bersenang-senang dengan karunia yang diterima, berdiam
terhadap janji, merasa cukup dengan pengakuan dan
lalai terhadap Allah,Sedangkan tanda bahwa seseorang jatuh nilainya dalam
pandangan Allah ada 3,..
Ridha terhadap diri sendiri, tidak ridha terhadap
Allah serta melawan qada dan qadar Allah.

Tanda dekatnya seseorang dari Allah juga ada 3,…
Tidak mementingkan dirinya, menegakkan kebenaran dan
tawadhu terhadap makhluk.

Sementara tanda bahwa seseorang telah sampai kepada
Allah jug
a ada 3,…
Memahami Allah, mendengarkan Allah dan mengambil semua
yang berasal dari Allah.

Tanda orang yang menggantungkan diri kepada Allah pun
ada 3,…
Tidak ikut memilih, tidak ikut mengurus dan tidak ikut
mengatur

Tanda bahwa seseorang mewakili Allah adalah ketika ia
mengganti sifat-sifat fananya dengan sifat-sifat yang
abadi dan melenyapkan zatnya yang fana dalam Zat yang
Abadi.
Allah senantiasa memberi kekuasaan-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha
Mengetahui.

Tanda bahwa seseorang hamba benar-benar mencintai
Allah ada 3,…
Tidak ikut memilih, menganggap baik semua realitas
takdir, serta menyaksikan kesempurnaan sang Kekasih
dalam segala sesuatu disertai kepasrahan total
kepadaNya.

Sebaliknya, tanda bahwa seseorang dicintai Allah juga
ada 3,…
Ridha kepadanya atas apa yang dilakukannya,
membicarakannya dan memberikan rahasia kepadanya lewat
hikmah-Nya yang mendalam sebagai dalil atas-Nya.

Akhlak seorang Salik

Ketahulilah, bahwa jalan menuju Allah haruslah
senantiasa bersih dari sikap menentang dan nafsu yang
menyimpang. Pemberian alasan, sikap toleran dan
kelembutan pada sesuatu yang mengarah pada
penyimpangan dari jalan Allah adalah tidak boleh ada
di dalamnya. Karena itu, perbuatan yang jelas-jelas
melanggar syariat adalah layak dikecam dan tidak boleh
diberi maaf. Sikap toleran hanya berlaku dalam sesuatu
yang terkait dengan hak-hak pribadi.
Seorang salik yang hendak menapak jalan menuju Allah,
haruslah berusaha memberi-kan apa yang menjadi hak
orang tanpa menuntut balas dari mereka.
Ia juga harus menerima alasan orang tanpa berusaha
mencari alasan untuk diri sendiri.
Selain itu, ia harus menolong tanpa berusaha untuk
ditolong, harus memperlakukan manusia dengan sikap
kasih dan sayang, serta berinteraksi bersama mereka
dengan mengembangkan sikap saling menasehati.
Ia tidak boleh dengki dan iri dalam apa yang Allah
berikan pada orang.
Tidak berteman dan duduk bersama wanita. Serta tidak
bersahabat dan bercengkrama dengan anak-anak muda.

Seorang salik juga harus berusaha menepati janji,
berkata benar dan bersikap wara’ entah itu terkait
dengan ucapan, makanan, pandangan dan seterusnya.
Ia tidak boleh bersikap riya, harus menjaga adab-adab
syariat –baik yang kecil maupun yang besar- kalau
sudah mengetahui. Kalau belum mengetahui, ia harus
bertanya. Orang yang berani mengkhianati adab-adab
syariat akan lebih berani lagi mengkhianati
rahasia-rahasia ilahi. Karena itu, Allah hanya akan
memberikan rahasiaNya kepada mereka yang bisa
dipercaya.

Seorang salik tidak boleh memilih, sebab ia bersama
pilihan Allah.
Ia juga harus meninggalkan hal-hal yang mubah, sebab
memperhatikan hal yang mubah itu hanya akan
membuang-buang waktu. Salik yang masuk ke dalam jalan
ini, kalau sudah menjadi suami, hendaknya tidak
menceraikan isterinya. Atau kalau masih bujang
hendaknya tidak menikah dulu sampai sempurna. Dan jika
sudah sempurna ia akan mendapat pemberian Allah.

Seorang salik harus jujur. Ia hanya berbicara dengan
apa yang ia saksikan.
Ketika salik atau murid mengunjungi seorang syekh,
qalb-nya harus kosong agar ia bisa menerima apa yang
diberikan oleh syekhnya itu. Ia tidak boleh
mengingkarinya. Jika sulit diterima, ia harus
mengevaluasi diri dengan berkata,… “Saya belum sampai
pada kedudukan ini.” Ia tidak boleh menganggap
syekhnya yang salah. Siapa yang menemui syekh untuk
mengujinya, berarti ia adalah seorang yang bodoh.
Hendaknya ia meminta sang syekh untuk berbicara
tentang persoalan khatir. Tetapi, yang mestinya ia
minta adalah agar sang syekh tersebut mengajarkan
kotoran-kotoran jiwa beserta obatnya, juga agar ia
menerangkan hal-ihwal seorang murid, bukan hal-ihwal
kaum arif.

Apabila seorang salik menyaksikan ada orang yang
sedang berbuat maksiat, janganlah ia mempunyai
keyakinan bahwa maksiat tersebut dilakukan seterusnya.
Namun, hendaknya ia berkata,… “Barangkali ia bertaubat
pada saat tak dilihat orang…” atau “Barangkali maksiat
tersebut tidak mengkhawatirkan karena mungkin Allah
menolong ia di akhir hidupnya.” Seorang salik tidak
boleh mempunyai prasangka buruk terhadap seseorang
kecuali yang memang telah Allah tampakkan akhir
kehidupannya. Para salik juga tak boleh berprasangka
baik terhadap dirinya. Siapa yang memandang dirinya
lebih baik dari orang lain, padahal ia belum
mengetahui keadaannya dan keadaan orang tersebut di
akhir hidupnya, berarti ia bodoh terhadap Allah,
tertipu dan tidak memiliki kebaikan. Meskipun ia
diberi pengetahuan, tetapi sebetulnya ia tidak diberi.
Meremehkan ilmu yang hakiki berarti meremehkan Allah.
Dan tentu saja hal tersebut bertentangan dengan sifat
kewalian.
Ciri-ciri seorang salik adalah ia selalu membersihkan
diri dari berbagai perangai buruk dan mengisinya
dengan berbagai akhlak yang terpuji.
Ia senantiasa sabar menghadapi gangguan orang dan
tidak menyakiti.
Hendaknya ia senang membantu orang dalam hal
kebajikan, mengasihi orang yang lemah, menunjuki orang
yang sesat dan bodoh, menyadarkan orang yang lalai dan
tidak membuat hijab.
Setiap orang yang meminta pertolongannya, selalu
dibantu.
Setiap orang yang ingin menemuinya, selalu bisa
bertemu.
Ia tidak menutup diri dari orang, selalu memberi
kepada yang meminta, menghormati tamu, menghibur orang
yang sedang merana, menenangkan orang yang sedang
cemas, memberi makan orang yang lapar, memberi minum
orang yang haus, memberi baju kepada orang yang
telanjang, membantu pelayan, selalu melakukan
perbuatan mulia dan tidak melakukan perbuatan tercela.

Diantara ciri salik lainnya adalah selalu melakukan
mujahadah jasmani seperti menahan rasa lapar dan haus,
serta berujung dalam empat hal,…
 Kematian putih, yaitu menahan lapar,
 Kematian merah, yaitu menentang hawa nafsu,
 Kematian hitam yaitu bersabar dalam memikul
beban, serta
 Kematian hijau yaitu memakai tembelan
berlapis.

Seorang salik juga lebih mengutamakan orang lain,
selalu bersandar kepada Allah dalam semua hal, ridha
dengan semua ujian dariNya, bersabar dalam menghadapi
berbagai macam penderitaan, meninggalkan tanah air,
menjauh dari makhluk tanpa memandang mereka sebagai
orang yang buruk, namun semata-mata karena lebih
mengutamakan Allah ketimbang makhluk. Ia memutuskan
segala hubungan yang bisa menjadi penghalang, selalu
berusaha untuk memenuhi hajat kebutuhan manusia
setelah selesai membenahi dirinya sendiri. Siapa yang
berusaha memenuhi hajat mansuia sebelum ia memperbaiki
diri sendiri, berarti orang tersebut sebenarnya
menginginkan kedudukan dan pujian.

Diantara akhlak salik adalah bersikap Qana’ah, yaitu
merasa cukup dengan pemberian yang ada tanpa mengharap
tambahan karunia. Lalu ia juga selalu berusaha agar
dirinya senantiasa berada dalam keadaan suci. Malaikat
berkata kepada Allah, “Kami tinggalkan mereka dalam
keadaan shalat….”
Akhlak lainnya adalah berdo’a kepada Allah untuk
menunjukkan keberadaan dirinya sebagai hamba,…
sekaligus menunjukan kefakiran, kehinaan, kekhusyukan,
ketundukan dan sikap tawadhu kepadaNya. Hal itu
dilakukan karena keberadaan asma-asma Allah yang
selaras dengan sifat tersebut. Tidak ada yang
mengetahui rahasia dari asma-asma Tuhan tersebut
kecuali orang yang bertingkah laku dengan sifat-sifat
yang mencermin-kan asma itu.
Seorang salik juga melihat pada aibnya, sibuk dengan
dirinya, dan berusaha untuk tidak melihat aib orang.
Ia selalu mempunyai prasangka yang baik kepada mereka.
Ia membiasakan lisannya mengucapkan yang baik-baik,
menjaga pandangan matanya agar tidak melihat kepada
sesuatu yang tidak selayaknya, mempercepat langkah
ketika berjalan, berusaha diam kecuali dalam kebaikan,
melakukan amar maruf nahyi munkar kepada para penguasa
yang mempunyai perasaan takut dan diharapkan bisa
berubah, …

Senantiasa berlapang dada kepada semua makhluk,
mendo’akan kaum muslimin, melayani orang-orang fakir,
serta mengasihi dan menyayangi semua hamba Allah, baik
manusia maupun yang lainnya.

Dikisahkan bahwa ada seorang penguasa yang sangat
lalim,…. suatu hari ia menaiki tunggangannya dan
kemudian melihat seekor anjing yang kepayahan. Udara
pada hari tersebut sangat dingin. Ia pun segera
memerintahkan para pembantunya agar anjing itu dibawa
ke rumah. Ia sangat mengasihi anjing tersebut dan
berbuat baik kepadanya. Ketika malam tiba, ia bermimpi
ada suara yang berkata padanya,…“Engkau tadinya
seperti anjing,.. maka kami berikan engkau pada seekor
anjing.”

Sifat salik lainnya adalah senantiasa menyebarkan
kebaikan manusia. Ia tutupi aib mereka, kecuali ahli
bid’ah agar orang-orang mengetahui dan berhati-hati
kepadanya.
Seorang salik juga selalu memandang dengan wajah yang
menyiratkan penghormatan. Ia tidak pernah menganggap
dirinya lebih baik dari orang lain, tidak merasa
berjasa dan tidak meminjamkan –tapi memberi.
Kalaupun orang yang membutuhkan kemudian meminta
sesuatu kepadanya, ia segera memberi-nya tanpa rasa
pamrih. Namun, jika orang tadi mengembalikannya, ia
meminta secara halus kepadanya agar tak usah
dikembalikan. Kalau toh orang tadi menolak dan
memak-sa untuk mengembalikannya, maka ia mengambilnya,
tapi untuk diserahkan kepada orang lain yang juga
membutuhkannya. Seorang salik takkan mengambil kembali
apa yang sudah keluar darinya. Jika suatu ketika
barangnya terjatuh dijalan, entah itu berupa pakaian
atau uang, meskipun jumlahnya sekitar seribu dinar,
sementara ia sudah berjalan jauh, ia takkan kembali
untuk mencarinya dan tidak pula mengumumkannya. Jika
ternyata pada kondisi tersebut jiwanya goncang,
berarti padanya terdapat penyakit yang tersisa dan
dunia masih mendekam dalam qalb-nya. Hendaknya ia
lekas mengobati penyakitnya itu. Hanya saja, kalau
barang yang hilang tadi kembali tanpa di cari, maka
terserah ia. Ia bisa menyimpannya atau
mengeluarkannya.
Selanjutnya, sifat seorang salik yang lain adalah
mendahulukan kaum fakir daripada orang kaya serta
mengutamakan mereka yang cenderung pada akhirat
ketimbang hamba dunia. Seorang salik tidaklah harus
menjadi miskin. Tetapi, ada yang miskin dan ada pula
yang kaya. Seorang salik juga senang melakukan amal
ketaatan, baik dalam kesendirian maupun dalam
keramaian. Ia selalu berusaha agar jiwanya dan
lintasan pikirannya bersama Allah dalam menerima
limpahan karunia. Ia senantiasa ridha kepada Allah
dalam semua kondisi. Segala puji bagiNya dalam setiap
keadaan.
Kalau ia bisa mengubah kebiasaan yang lazim dilakukan
oleh manusia dan dirinya, maka akan Allah berikan
untuknya sesuatu yang luar biasa sebagai imbalan yang
setimpal. Itulah yang oleh masyarakat awam disebut
dengan karamah. Adapun bagi kalangan khusus, karamah
adalah pertolongan Tuhan berupa taufiq dan kekuatan
hingga ia bisa mengubah kebiasaan mereka.

“Kesibukanku pada dunia membuatku jauh dari-Mu,…
karena itu, kumpulkan aku dengan-Mu lewat pengabdian
yang bisa mengantarku sampai padaMu. Bagaimana akan
dijadikan petunjuk atas-Mu sesuatu yang keberadaannya
sendiri membutuhkanMu?..
Adakah selainMu yang tampak sehingga ia bisa menjadi
petunjuk atas-Mu?… Kapankah kiranya Engkau
tersembunyi sehingga dibutuhkan petunjuk yang
menerangkan keberadaanMu?…
Kapankah kiranya Engkau jauh sehingga diperlukan
sesuatu yang bisa mengantarkan padaMu?…
Baca Selengkapnya →“INDIKASI KEGAGALAN DAN KESUKSESAN DALAM SULUK”

Ucapkanlah Allah ! Untuk Kesehatanmu

FENOMENA - Dalam sebuah penelitian di Belanda yang dilakukan oleh seorang profesor psycologist yang bernama Vander Hoven [ VH ], dimana telah mengadakan sebuah survey terhadap pasien di rumah sakit belanda yg kesemuanya non muslim selama tiga tahun. Dalam penelitian tersebut VH melatih para pasien untuk mengucapkan kata ALLAH [ Islamic pronouncing ] dengan jelas dan berulang-ulang. Hasil dari penelitian tersebut sangat mengejutkan, terutama sekali untuk pasien yang mengalami gangguan pada fungsi hati dan orang yang mengalami stress / ketegangan [ tension ]AL Watan, surat kabar Saudi sebagaimana telah mengutip dari peryataan professor VH tsb, yang mengatakan bahwa seorang muslim yang biasa membaca Al-Qur’an secara rutin dapat melindungi mereka dari penyakit mental dan penyakit-penyakit yang ada hubungannya [ psychological diseases ].VH juga menerangkan bagaimana pengucapan kata ALLAH tsb sebagai solusi dari kesehatan , ia menekankan dalam penelitiannya bahwa huruf pertama dalam ALLAH yaitu ‘A’ dapat melonggarkan [ melancarkan ] pada jalur pernafasan [espiratory system ], dan mengontrol pernafasan [ controls breathing ].danuntuk huruf konsonan ‘ L ‘ dimana lidah menyentuh bagian atas rahang dapat memberikan efek relax, juga VH menambahkan bahwa huruf ‘ H ‘ pada ALLAH tsb dapat menghubungkan antara Paru-paru dan Jantung dimana dapat mengontrol system dari denyut jantung [ heart beat ].
Subhanallah, sungguh luar biasa kebesaran Allah SWT ini, dimana penelitian yang dilakukan oleh seorang profesor non muslim yang tertarik dan meneliti akan rahasia Al-Qur’an ini sangat mengejutkan para ahli, kesehatan di Belanda.
Sekarang bagaimana dengan kita sebagai seorang muslim yang meyakini
akan kebesaran kitab Suci Al Qur’an, sudahkan membaca dan mengamalkannya..?
Allah says : We will show them our signs in the universe and in their
own selves, until it becomes manifest to them that this [ Quran ] is the
truth.
Baca Selengkapnya →Ucapkanlah Allah ! Untuk Kesehatanmu

Sakitku AmpunanMu

Hidup tak selalu berjalan lurus, menyenangkan, dan membahagiakan. Suatu
saat manusia akan mengalami siklus yang membuatnya tidak dapat melakukan
apa-apa. Dan, karena siklus inilah, Allah SWT menuntut umat manusia untuk
menghadapinya dengan baik, sesuai dengan petunjuk-Nya. Dengan siklus
kehidupan ini juga, umat manusia sesungguhya diuji, apakah tetap tegar dan
optimistis, ataukah putus asa.
Sakit adalah salah satunya. Tak selamanya manusia berada dalam kondisi
sehat, yang memungkinkannya dapat melakukan apa saja. Suatu waktu ia pasti
akan didera oleh satu hal yang membuatnya harus terbaring tak berdaya di
atas ranjang, atau salah satu anggota badannya tidak berfungsi dengan baik.
Pada kondisi seperti ini, godaan untuk berkeluh kesah dan putus asa akan
selalu menyerangnya setiap saat, karena orang sakit potensial untuk putus
asa.
Sakit sesungguhnya adalah batu ujian bagi seorang Mukmin. Sakit bukanlah
adzab yang dilimpahkan karena kebencian Allah, tapi justru itu adalah
bagian dari kasih dan perhatian Allah SWT yang begitu besar kepada orang
beriman. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Sesungguhnya seorang yang beriman
ketika didera musibah sakit, kemudian Allah menyembuhkannya, maka itu
adalah kafarat (penghapus) bagi dosa-dosa yang ia lakukan sebelumnya. Ia
sekaligus menjadi pesan berharga untuk menghadapi masa yang akan datang.'’
(HR Abu Dawud).
Mengapa Allah menghapus dosa-dosa orang Mukmin yang sedang sakit? Ada dua
hal yang menjadi alasannya. Pertama, faktor kesabaran, ketabahan, dan
optimisme seorang Mukmin. Sakit justru adalah ujian kesabaran yang mesti
dihadapi dengan sikap lapang dada dan besar hati. Dalam beberapa ayat
Alquran, Allah SWT sering menyitir bahwa Dia akan selalu menyertai orang-
orang yang sabar dalam menerima ujian, tak terkecuali sakit
ini. ‘’Sesungguhnya Allah akan selalu menyertai orang-orang yang sabar.'’
(QS 2: 153).
Kebersamaan Allah dengan Mukmin yang sakit adalah rahmat yang tiada
terkira. Maka, biarpun rasa sakitnya teramat parah, namun karena ia merasa
bahwa Allah selalu menyertainya, maka hampir-hampir tidak merasakan. Yang
ada hanyalah kedamaian dan ketenteraman berada selalu di sisi-Nya.
Kedua, faktor kesadaran yang timbul akibat sakit tersebut. Sakit
sesungguhnya adalah waktu bagi seseorang untuk merenung dan mengingat-ingat
segala perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Seorang Mukmin yang sakit akan
menjadikan sakit itu justru sebagai ladang introspeksi diri, sejauh mana ia
melakukan segala perintah Allah SWT atau menjauhi larangan-Nya, pada saat
ia belum sakit. Sakit sekaligus menjadi pesan bahwa manusia sejatinya
adalah mahluk lemah yang tidak dapat berbuat apa-apa. Sakit yang diderita
adalah bentuk konkretnya.
Dengan demikian, orang yang sakit seharusnya menyadari bahwa sakit justru
merupakan karunia tak terkira baginya. Karena, dengan demikian, berarti
Allah SWT masih peduli dan perhatian padanya. Kafarat dosa tentu adalah
salah satu bagian dari itu. Di balik itu tersimpan pesan yang lebih besar:
Allah SWT sesungguhnya sedang meninggikan derajat seorang Mukmin yang
sedang sakit. Wallahu a’lam.
Baca Selengkapnya →Sakitku AmpunanMu

Tips Makan di Bulan Ramadhan

Sahabat sekalian ….bulan puasa atau ramadhan (secara syahwatiah) menjadi surga bagi para penikmat makanan.Seharusnya pada bulan yang mulia tersebut kita tidak menyingkapinya dengan berlebihan berikut tips tips makan - memakan yang berguna dan bisa di terapkan pada bulan yang penuh rahmat tersebut. Semoga Allah merahmati Kang Zaenal yang telah mau berbagi ilmunya…dengan kita semua.
Secara fisik yang perlu di perhatikan sebagai berikut:
1. Makanlah secukupnya ketika berbuka (dan ketika sahur). Ibarat kita sedang menjinakan singa, ia dibiarkan lapar sehari penuh. Lalu singa akan patuh dan semakin jinak apabila kita mengatur makannya sedikit demi sedikit. Berbeda bila setelah kita biarkan singa itu kelaparan dan tersiksa, lalu kita beri makan dia sepuasnya dan sesukanya niscaya bertambahlah ikatan kelezatan dan berlipatgandalah kekuatan sang singa. Bila sebulan kita perlakukan demikian, singa “nafsu” itu bukan semakin jinak dan patuh malah semakin keras dan buas.
2. Adalah lebih baik apabila makanan yang kita makan sama dengan hari-hari biasanya. Tidak ada yang melarang kita makan banyak dan segala macam diadakan pada bulan Puasa, tetapi hal demikian merupakan kesenangan bagi nafsu manusia. Bila anda orang yang teliti dan tertib, pasti bisa menghitung anggaran makan/minum di siang hari. Maka sedekahkanlah uang sebesar anggaran makan/minum siang anda, dan cukupkanlah sahur dan buka puasa anda.
3. Hindarilah menjadi ‘makhluk pemakan segala’ pada saat Lebaran tiba. Data statistik menunjukkan rumah sakit di Indonesia mengalami puncak layanan selepas Syawal, dengan keluhan jantung, stroke, dan sejenisnya. Sayangilah tubuh anda! Dan sayangi pula singa anda yang sudah dilatih sebulan penuh!
Kemudian yang bersifat non fisik yang justru sangat penting karena akan berkaitan dengan perkembangan “kejiwaan” kita :
1. Jangan makan daging saudara sendiri, apalagi siang hari bolong–dengan bergosip ria–karena membatalkan puasa. (QS. 49: 12). Dikisahkan dua orang wanita sedang berpuasa. Tiba-tiba keduanya diserang rasa lapar yang sangat, hampir-hampir keduanya binasa. Mereka lantas mengirim utusan kepada Rasulullah agar diizinkan berbuka. Maka Rasulullah mengirimkan kepada keduanya sebuah wadah, seraya meminta utusan wanita tadi: “Muntahkanlah kedalam wadah ini apa yang telah engkau makan!” Maka muntahlah dari kedua wanita itu darah dan daging mentah hampir memenuhi wadah. Atas hal ini Rasulullah bersabda: “Keduanya telah berpuasa dari apa yang dihalalkan oleh Allah (makan dan minum barang yang halal, red), namun berbuka dengan apa yang diharamkan oleh Allah (daging saudaranya yang telah mati)”.
2. Jangan mendengarkan yang tidak perlu, dusta, gosip, dll. Karena Al-Quran menyamakan antara orang yang berbicara dengan orang yang mendengar: “Mereka orang-orang yang suka mendengar untuk berdusta dan memakan makanan haram” (QS. Al-Maidah: 42).
3. Jangan memandang dengan nafsu. Sebagaimana hadits Nabi: “Lima perkara membatalkan puasa: berdusta, mengumpat, biang gosip, sumpah palsu, dan memandang dengan nafsu”.
Baca Selengkapnya →Tips Makan di Bulan Ramadhan

Gerakan Shalat dan Kesehatan

Salat adalah amalan ibadah yang paling proporsional
bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah
sangat melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh)
seorang muslim. Namun, pernahkah terpikirkan manfaat
masing-masing gerakan? Sudut pandang ilmiah menjadikan
salat gudang obat bagi berbagai jenis penyakit!

Saat seorang hamba telah cukup syarat untuk mendirikan
salat, sejak itulah ia mulai menelisik makna dan
manfaatnya. Sebab salat diturunkan untuk
menyempurnakan fasilitasNya bagi kehidupan manusia.
Setelah sekian tahun menjalankan salat, sampai di mana
pemahaman kita mengenainya?TAKBIRATUL IHRAM

Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar
telinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada
bagian bawah.

Manfaat: Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah
bening (limfe) dan kekuatan otot lengan. Posisi
jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir
lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan,
otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen
menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di
depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini
menghindarkan dari berbagai gangguan persendian,
khususnya pada tubuh bagian atas.

RUKUK

Postur: Rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang
yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di
atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala
lurus dengan tulang belakang.

Manfaat: Postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan
fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai
penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung
sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada
tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut
berfungsi relaksasi bagi otot-otot bahu hingga ke
bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk
mencegah gangguan prostat.

I’TIDAL

Postur: Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak
setelah, mengangkat kedua tangan setinggi telinga.

Manfaat: Ftidal adalah variasi postur setelah rukuk
dan sebelum sujud. Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud
merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ organ
pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan
pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan
menjadi lebih lancar.

SUJUD

Postur: Menungging dengan meletakkan kedua tangan,
lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai.

Manfaat: Aliran getah bening dipompa ke bagian leher
dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan
darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak.
Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.
Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan
tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di
otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir.
Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki
manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ
kewanitaan.

DUDUK

Postur: Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat
awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir). Perbedaan
terletak pada posisi telapak kaki.

Manfaat: Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal
paha yang terhubung dengan syaraf nervus Ischiadius.
Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang
sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan.
Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit
menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar
kelamin pria (prostata) dan saluran vas deferens. Jika
dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah
impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iffirosy
dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut
meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan
tekanan harmonis inilah yang menjaga. kelenturan dan
kekuatan organ-organ gerak kita.

SALAM

Gerakan: Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara
maksimal.

Manfaat: Relaksasi otot sekitar leher dan kepala
menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini
mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit
wajah.

BERIBADAH secara, kontinyu bukan saja menyuburkan
iman, tetapi mempercantik diri wanita
luar;dalam.

PACU KECERDASAN

Gerakan sujud dalam salat tergolong unik. Falsafahnya
adalah manusia menundukkan diri
serendah rendahnya, bahkan lebih rendah dari
pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu
psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh
dari sudut pandang psikologis) yang didalami Prof
Sholeh, gerakan ini mengantar manusia pada derajat
setinggitingginya. Mengapa?

Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh
darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan
darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas
kepala yamg memungkinkan darah mengalir maksimal ke
otak. Itu artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya
oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata
lain, sujud yang tumakninah dan kontinyu dapat memacu
kecerdasan.

Risetnya telah mendapat pengakuan dari Harvard
Universitry, AS. Bahkan seorang dokter berkebangsaan
Amerika yang tak dikenalnya menyatakan masuk Islam
setelah diam melakukan riset pengembangan
khusus mengenai gerakan sujud.

PERINDAH POSTUR

Gerakan dalam salat mirip yoga atau
peregangan (stretching). Intinya untuk melenturkan
tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan
salat dibandingkan gerakan lainnya adalah salat
menggerakan anggota tubuh lebih banyak, termasuk jari
kaki dan tangan.

Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu,
termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian
atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan.
Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian
tubuh yang menjadi kebanggaan wanita. Payudara tak
hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga
memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

MUDAHKAN PERSALINAN

Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati
kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat
melampaui kepala dan dada,otot perut
(rectus abdominis dan obliquus abdominis externuus)
berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di
sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini
menguntungkan wanita karena dalam persalinan
dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan
yang mencukupi. Bila, otot perut telah berkembang
menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia
justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan
tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan
organ perut pada tempatnya kembali
(fiksasi).

PERBAIKI KESUBURAN

Setelah sujud adalah gerakan duduk. Dalam salat ada
dua macam sikap duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyyat
awal) dan duduk tawarruk (tahiyyat akhir). Yang
terpenting adalah turut berkontraksinya
otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah
daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang,
yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas
kotoran, dan saluran kemih.

Saat duduk tawarruk, tumit kaki kiri harus menekan
daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di
atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus
menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki
kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan
lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di
daerah perineum.

AWET MUDA

Pada dasarnya, seluruh gerakan salat bertujuan
meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel
dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan
secara rutin, maka sel‑sel yang rusak dapat
segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung lancar.
Alhasil, tubuh senantiasa bugar.

Gerakan terakhir, yaitu salam dan menengok ke kiri dan
kanan punya pengaruh besar pada ke¬kencangan. kulit
wajah. Gerakan ini tak ubahnya relaksasi wajah dan
leher. Yang tak kalah pen¬tingnya, gerakan ini
menghin¬darkan wanita dari serangan migrain dan sakit
kepala lainnya
Baca Selengkapnya →Gerakan Shalat dan Kesehatan

Berlatih untuk sabar

Sekian lama aku belum pernah berlatih untuk sabar, sekarang pun baru
“mencoba belajar berlatih sabar”, karena untuk mau latihan pun
dibutuhkan dibutuhkan niat dan tekad yang kuat; jadi sekarang aku baru
“mencoba belajar berlatih sabar”.

Sebagai seorang yang ingin Mencari Allah, kita harus menjadi seorang
yang “baik”, baik secara bathin maupun secara lahir. “Baik” itu
mengandung arti berakhlak baik, karena Rasulullah SAW diutus Allah SWT
untuk menyempurnakan akhlak yang baik, dimana menurut Al-Quran, di
akhirat nanti yang di timbang dari diri manuisa adalah al-haqqnya.

QS. Al-Mu´minun (23) : 102

“Barangsiapa yang berat timbangan al-haqqnya, maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung.”Al-haqq yang kita miliki akan membuahkan akhlak yang baik. Kita tidak
akan pernah dapat menemukan apa yang menjadi amal shaleh kita apabila
kita tidak berakhlak baik. Seseorang dapat berakhlak baik hanya
apabila Allah yang menganugerahkannya kepadanya; dianugerahkan kepada
orang yang sabar sebagai tanda ´syukur´-Nya kepada kita, sementara
sabar itu sulit, lebih sulit daripada belajar matematika – itu adalah
saya, yang kalau mendapatkan nilai 6 saja untuk pelajaran matematika
sudah merupakan prestasi. Namun untuk pelajaran sabar, baru bisa
dikatakan berprestasi apabila mendapatkan nilai 10. Nilainya harus
sempurna, tidak ada “setengah sabar”.

Dalam kehidupan sehari-hari, coba ingat lagi, berapa banyak sudah kita
menjumpai pelajaran sabar dalam peristiwa yang kita alami.

Penerbangan dari Jakarta ke Jerman, misalnya, yang memakan waktu
berkisar selama 16 sampai 24 jam (kalau naik pesawat paling murah),
membosankan, walaupun bisa melakukan beberapa kegiatan sambil duduk;
ya, sabar. Perut lapar, tapi kita sedang berpuasa, misalnya berpuasa
di Bulan Ramadhan; ya, bersabar untuk tidak makan sampai waktu buka
tiba; Hati kesal karena baru saja ada orang yang menghina kita; maunya
kita langsung marah-marah, tapi kan tidak boleh seperti itu. Ya,
bersabar untuk tidak sampai marah. Ada anak kecil yang tidak sengaja
menendangkan bolanya dengan sekuat tenaga ke kepala kita; ya, bersabar
untuk tidak marah kepadanya dengan berusaha tersenyum, kalau bisa kita
memberikan coklat yang baru saja kita beli karena anak kecil itu telah
sudi menjadi ´utusan´ Allah untuk menguji kesabaran kita; Misalnya
lagi, naik angkot yang jalannya lambat sekali; ya, bersabar tidak
menggerutu apalagi sampai menghardik Pak Supir yang budiman. Dan sabar
lagi ketika angkot tidak berhenti tepat di depan tempat tujuan kita,
tapi malah berhenti tepat di depan kubangan air kotor, apalagi setelah
turun uang kembaliannya tidak ada. Sudah itu, rok atau celana kita
tidak sengaja terkena permen karet yang menempel di jok angkot.

Di atas itu adalah berupa contoh-contoh yang ´tidak sengaja´ — dalam
artian kita tidak kita kondisikan — kita ´hadapi´ yang terkadang
ketika kita siap dalam menghadapinya, maka kita bisa bersabar; namun
tak jarang juga kita tidak siap menghadapinya, sehingga kita tidak
lulus dalam pelajaran bersabar dalam suatu peristiwa. Allah memberikan
peristiwa-peristiwa ´tidak sengaja´ tersebut kepada kita sebagai
latihan bagi kita untuk bisa menjadi orang yang sabar.

Kita bisa membuat latihan yang kita ´sengaja´kan adanya bagi diri kita
untuk belajar sabar. Untuk apa, sih, membuat latihan sabar yang kita
´sengaja´kan, tho latihan itu sendiri sudah sering kita dapatkan,
walaupun dengan status ´tidak sengaja´? Apa kita mau mencari ´repot´
dengan mencari-cari masalah, sementara kita sendiri sering banyaknya
gagal dalam menghadapi ujian sabar?

Bagi saya pribadi, karena seringnya saya tidak siap, lalu gagal
bersabar ketika latihan sabar yang ´tidak sengaja´ itu saya hadapi;
membuat latihan sabar yang ´sengaja´ saya kondisikan setidaknya
sedikit demi sedikit saya berharap dapat memupuk kesabaran saya.
Latihan sabar yang ´tidak disengaja´ saya tidak tahu kapan datangnya,
sementara latihan sabar ´disengaja´ saya tahu waktunya karena sengaja
saya kondisikan. Semoga pada saat datang latihan sabar yang ´tidak
disengaja´, saya sudah bisa lebih siap menghadapinya sehingga bisa
lebih bersabar; kemarin nilainya minus 30, sekarang semoga nilainya
bisa menjadi minus 15; secara bertahap dan perlahan, namun berharap
selalu ada pertambahan nilai pada ujian kesabaran berikutnya. Latihan
sabar ´disengaja´ ini bersifat rutin, saya bisa mulai dari hal
teramat kecil yang sebelumnya saya suka abaikan.

Setiap habis shalat, misalnya, saya lebih suka menggulung perlengkapan
shalat saya, lalu meletakkannya di lantai begitu saja; terlihat tidak
rapih. Saya melakukan hal itu dengan alasan, “Nanti tho insya Allah
shalat lagi, ngapain capek-capek bulak-balik melipat. Lagian menghemat
waktu juga. ”

Melalui kebiasaan buruk saya itu, saya mencoba latihan sabar dengan
melipat perlengkapan shalat saya dengan rapih, lalu memasukkannya ke
dalam lemari. Bayangkan! Saya harus melipat sajadah, baju shalat,
mukena atas-bawah; mukenanya susah dilipat pula (´bergerak´ ke sana ke
mari karena kainnya licin). Saya tidak tahu sebenarnya, apakah
perilaku saya sebelumnya yang tidak melipat perlengkapan shalat itu
benar atau salah, soalnya kalau melihat alasannya bisa benar juga, ya
… hehehehe … Namun karena intinya saya ingin membuat semacam
latihan sabar ´disengaja´ bagi diri saya sendiri, ya, sudah, deh, saya
mencoba merubah kebiasaan saya, secara kontinu. Godaan untuk kembali
kepada kebiasaan lama tentu saja ada. Kegagalan pun terkadang masih
´menampilkan´ dirinya.

Sehabis shalat, seringkali juga saya malas berdzikir lisan dan berdoa,
terutama kalau tidak mempunyai ´kebutuhan´ apapun kepada-Nya. Oke,
deh! Kemalasan saya itu saya jadikan sebagai latihan sabar
´disengaja´; saya mencoba menguatkan diri untuk berdzikir lisan dan
berdoa. Walaupun terlihat terpaksa dan formalitas (ampuni hamba, ya,
Allah. Amin), saya mencoba ambil dari sisi latihan sabarnya.
Bayangkan! Waktu setengah jam, misalnya, yang sebelumnya bisa dipakai
untuk menonton film kartun kegemaran saya di televisi, menjadi
dipakai untuk waktu berdzikir lisan dan berdoa; sementara ketika
melakukan dzikir lisan dan berdoa itu, sayup-sayup terdengar oleh
telinga saya suara-suara ´heboh´ film kartun kegemaran saya; Betapa
rasanya tubuh ini terus-menerus ingin bangkit dari duduk di atas sajadah.

Membaca doa sebelum melakukan suatu kegiatan juga dapat merupakan
latihan sabar ´disengaja´, disamping menumbuhkembangkan rasa butuh
kita kepada Allah. Coba saja, sebelum masuk toilet – apalagi toilet
umum — harus membaca doa dulu; berdiri sebentar di depan toilet,
padahal sudah tidak tertahan atau ada orang yang melihat ´keanehan´
kita yang berdiri beberapa detik-1 menit di depan kamar mandi. Mau
makan, sudah lapar – apalagi bau makanan yang begitu menggugah selera,
tetapi harus menahan diri dulu beberapa lama sebelum langsung makan
begitu makanan terhidang di hadapan kita. Pertama, tunggulah
makanannya sampai tidak panas lagi (kalau tidak salah, Rasulullah SAW
melarang kita memakan makanan yang masih panas, ya … Ada yang tahu
alasannya, gak?). Selesai berdoa, latihan sabar dilanjutkan : Makanlah
nasi putihnya terlebih dahulu sebanyak 3 sendok makan – lebih latihan
sabar lagi kalau makannya pakai 3 jari, hehehehe ….. Setelah itu
berlanjut lagi latihan sabarnya : ambillah makanan yang terhidang
paling dekat dari diri kita, sementara kita ingin makan makanan yang
paling jauh letaknya dari kita; namun kalau cuma ada satu makanan,
sementara kita pengen banyak, ini juga merupakan latihan bersabar dan
bersyukur, tentunya.

Bersabar tidak ada batasnya. Manusia harus selalu bersabar atas apapun
yang sedang dihadapinya. Kalau kita ingin menjadi baik, ya itulah
syaratnya : sabar.

Segitu saja dari saya … makasih banyak, ya …., sudah mau bersabar
mencoba membaca tulisan saya yang sedang “mencoba belajar berlatih
sabar” ini …

Ok, deh, Insya Allah disambung kapan2 dalam waktu yang tidak dapat
ditentukan …

Terakhir, bonus …

QS. Al-Baqoroh : 45, 46

“Dan mintalah Pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusyuk, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan
menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (Ilaihi
raaji´un).”
Baca Selengkapnya →Berlatih untuk sabar
@Copyright by: Memories In My Life Yudi Gp