Tampilkan postingan dengan label AMBON. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label AMBON. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 November 2010

Mantan Pemain Timnas Belanda Mudik ke Ambon

Mantan pemain nasional Belanda asal Maluku, Simon Tahamata, pulang kampung. Ia akan memberikan latihan di Ambon, kepada pemain usia 10-15 tahun pada 15 - 17 November 2010.

Tahamata, 54 tahun, lahir di Vught, Noord-Brabant, Belanda, tapi memiliki darah Maluku. Saat masih aktif bermain prestasinya cukup kinclong. Ia empat musim memperkuat Ajax Amsterdam. Ia juga pernah tampil untuk Feyenoord, serta klub Belgia seperti Standard Liege, Beerschot. dan Germinal Ekeren.

Pemain sayap kiri itu juga pernah 22 kali memperkuat tim nasional Belanda dan menyumbang dua gol. Ia pensiun pada 1996. Dan kini jadi pelatih para pemain muda di klub Ajax.Ia hadir di Maluku difasilitasi oleg Mobilae Maluku Foundation Belanda serta LSM Cergas dan Ambon Manise Institute. Iamenyatakan keprihatinannya karena Persatuan Sepakbola Ambon (PSA) tidak aktif lagi pada beberapa tahun terakhir ini.

"Beta prihatin karena pastinya pembinaan kepada pemain yunior kurang optimal. Akibatnya pesepak bola dari Ambon tidak bisa mengikuti kompetisi di Liga Indonesia," katanya, di Ambon, Senin. "Beta dengar (cerita) PSA cukup disegani dalam kiprah sepakbola nasional dan bila saat ini tidak aktif lagi itu sangat disayangkan."

"Beta diberitahu Bert Pentury (pelatih di Belanda) bahwa dia telah melakukan pelatihan kepada para pelatih maupun pemain usia dini sejak 2005, tapi tidak berkembang karena kepengurusan PSA tidak aktif sehingga perlu ditangani sesegera mungkin oleh Pengprov PSSI Maluku," lanjut Tahamata
Baca Selengkapnya →Mantan Pemain Timnas Belanda Mudik ke Ambon

Kamis, 24 Desember 2009

Survey for Sail Banda 2010

Members of Sail Banda 2010 international committee from various maritime countries are expected to survey three locations in Maluku for consideration as the event’s venue in the near future.

Maluku provincial administration’s communication and information spokesman, Bakrie Lumbessy said here on Friday that the committee members would survey three locations, namely Lucipara islands in the Banda Sea, Banda Islands, and a diving site in Southwest Maluku district, soon after Lebaran or the Idul Fitri festivity.

“Soon after Lebaran , the international committee of Sail Banda 2010 will visit Maluku to survey the three locations in the province,” Lumbessy said.

He said the same committee had successfully organized the Sail Bunaken event in North Sulawesi which was participated in by hundreds of sail boats and yachts from various countries last August.
According to Lumbessy, all the three locations for the Sail Banda 2010 offer undersea panoramas featuring many coral reefs and ornamental fish.

“Especially for an undersea flag raising ceremony, it will be conducted in one of the outlying islands in Southwest Maluku district,” Lumbessy said referring to Wetar, Kisar, Romang, or Maupora islands.

He said Sail Banda 2010 was scheduled to run from July 27 to August 28, 2010 and to be participated in by hundreds of sail boats and yachts from various countries around the world.

The Banda Sea which is known to have the deepest basin in the world also had areas abounding in colorful coral reefs and ornamental fish on which visitors could feast their eyes.

Banda islands also had various cultural tourist spots and famous historic sites that had been named by UNESCO as one of the world’s cultural heritages.

The Maluku provincial administration’s information and communication office had also asked for the active role of the press in the province and all elements of the public to jointly make Sail Banda 2010 a success.
Baca Selengkapnya →Survey for Sail Banda 2010

Maluku preparing for sail Banda 2010

Dinas Infokom Provinsi Maluku akan membentuk “Media Centre” Sail Banda 2010, yang direncanakan berlangsung 27 Juli – 28 Agustus 2009. “Kami telah mengundang seluruh pimpinan media massa di Maluku untuk menyamakan persepsi dalam mempromosikan event internasional ini,” ungkap Kepala Dinas Infokom Provinsi Maluku, Bakri Lumbessy kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat (11/9).

Ambon – Dinas Infokom Provinsi Maluku akan membentuk “Media Centre” Sail Banda 2010, yang direncanakan berlangsung 27 Juli – 28 Agustus 2009.

“Kami telah mengundang seluruh pimpinan media massa di Maluku untuk menyamakan persepsi dalam mempromosikan event internasional ini,” ungkap Kepala Dinas Infokom Provinsi Maluku, Bakri Lumbessy kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat (11/9).
Dijelaskan, Sail Banda 2010 akan dilaksanakan pada tiga lokasi yaitu Pulau Banda, Pulau Lucipara dan salah satu pulau lagi di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).

“Pulau di Kabupaten MBD tersebut akan dijadikan lokasi untuk upacara bendera dibawah laut,” jelasnya.

Sewa Satelit

Disisi lain, Lumbessy juga mengaku pada tahun 2010 Maluku telah siap untuk menyewa satelit untuk melaksanakan program cyber dan juga akan disatukan dengan TV uplink.

“Program ini telah diekspos oleh Dinas Infokom Provinsi Maluku bersama tim PT Telkom Regional dari Makassar kepada gubernur dan kini tergantung waktu dari gubernur untuk menandatangani memorandum of understanding (Mou),” ungkapnya.

Dikatakan, Dinas Infokom Maluku akan menyewa satelit senilai Rp 1,5 miliar/tahun untuk menunjang program ini. (S-21)

sailbanda2010.com
Baca Selengkapnya →Maluku preparing for sail Banda 2010
Dinas Infokom Provinsi Maluku akan membentuk “Media Centre” Sail Banda 2010, yang direncanakan berlangsung 27 Juli – 28 Agustus 2009. “Kami telah mengundang seluruh pimpinan media massa di Maluku untuk menyamakan persepsi dalam mempromosikan event internasional ini,” ungkap Kepala Dinas Infokom Provinsi Maluku, Bakri Lumbessy kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat (11/9).

Ambon – Dinas Infokom Provinsi Maluku akan membentuk “Media Centre” Sail Banda 2010, yang direncanakan berlangsung 27 Juli – 28 Agustus 2009.

“Kami telah mengundang seluruh pimpinan media massa di Maluku untuk menyamakan persepsi dalam mempromosikan event internasional ini,” ungkap Kepala Dinas Infokom Provinsi Maluku, Bakri Lumbessy kepada wartawan di ruang kerjanya, Jumat (11/9).
Dijelaskan, Sail Banda 2010 akan dilaksanakan pada tiga lokasi yaitu Pulau Banda, Pulau Lucipara dan salah satu pulau lagi di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).

“Pulau di Kabupaten MBD tersebut akan dijadikan lokasi untuk upacara bendera dibawah laut,” jelasnya.

Sewa Satelit

Disisi lain, Lumbessy juga mengaku pada tahun 2010 Maluku telah siap untuk menyewa satelit untuk melaksanakan program cyber dan juga akan disatukan dengan TV uplink.

“Program ini telah diekspos oleh Dinas Infokom Provinsi Maluku bersama tim PT Telkom Regional dari Makassar kepada gubernur dan kini tergantung waktu dari gubernur untuk menandatangani memorandum of understanding (Mou),” ungkapnya.

Dikatakan, Dinas Infokom Maluku akan menyewa satelit senilai Rp 1,5 miliar/tahun untuk menunjang program ini. (S-21)

sailbanda2010.com
Baca Selengkapnya

Maluku preparing for sail Banda 2010

Jakarta (ANTARA News) – After a successful Sail Bunaken 2009 in Manado, North Sulawesi, the Maritime Affairs and Fisheries Ministry will organize a similar international event in Banda, Central Maluku, next year.

To be called Sail Banda 2010, the event would be the brainchild of Maritime and Fisheries Minister Freddy Numberi, Alex Retraubun, director general of coastal area and small island affairs at the maritime and fisheries ministry, said.

“The Banda Islands are known worldwide for their historical significance and undersea natural beauty, and therefore Maluku will host Sail Banda 2010,” Retraubun said in the eastern Indonesian city of Ambon recently.

Banda is known as the original and only source of the once precious spices, nutmeg and mace, trade commodities that had a significant impact on world developments in the 15th century.

Early European reports described the tropical Banda Islands as a jewel-like cluster surrounded by crystal waters and brilliant coral reefs, and the most beautiful cluster of islands in Maluku.
Banda is made up of eleven small volcanic islands namely
Neira, Gunung Api, Banda Besar, Rhun, Ai, Hatta, Karaka, Manukan, Nailaka, Syahrir and Batu Kapal.

Syahrir island or formerly known as Pisang Island, and Batu Kapal Island which combine well for a morning dive, a picnic on the beach, and an afternoon dive are just 20 minutes by boat from the hotels on the town of Banda Neira.

All those Banda islands offer stunning tropical scenery, a remarkable history, friendly villages, and some of the globe`s most pristine, biologically diverse corral reefs which are good for that international event later next year.

Therefore members of Sail Banda 2010 international committee from various maritime countries will soon arrive to survey three locations in Maluku for consideration as the event`s venue.

Maluku provincial administration`s communication and information spokesman, Bakrie Lumbessy said in Ambon recently that the committee members would in the near future survey three locations, namely Lucipara islands in the Banda Sea, Banda Islands, and a diving site in Southwest Maluku district.

“Soon the international committee of Sail Banda 2010 will visit Maluku to survey the three locations in the province,” Lumbessy said.

He said the same committee had successfully organized the Sail Bunaken event in
North Sulawesi which was participated in by hundreds of sail boats and yachts from various countries last August.

According to Lumbessy, all the three locations for the Sail Banda 2010 offer undersea panoramas featuring many coral reefs and ornamental fish.

“Especially for an undersea flag raising ceremony, it will be conducted in one of the outlying islands in Southwest Maluku district,” Lumbessy said referring to Wetar, Kisar, Romang, or Maupora islands.

He said Sail Banda 2010 was scheduled to run from July 27 to August 28, 2010 and to be participated in by hundreds of sail boats and yachts from various countries around the world.

The Banda Sea which is known to have the deepest basin in the world also had areas abounding in colorful coral reefs and ornamental fish on which visitors could feast their eyes.

Banda islands also had various cultural tourist spots and famous historic sites that had been named by UNESCO as one of the world`s cultural heritages.

The Maluku provincial administration`s information and communication office had also asked for the active role of the press in the province and all elements of the public to jointly make Sail Banda 2010 a success.

Meanwhile, the national shipping company PT Pelni is also ready to help make the Sail Banda 2010 event a success by putting more ships into service on its route to the Banda Islands in Central Maluku, a spokesman said.

Bachtiar, head of PT Pelni`s Ambon branch office, said in Ambon that the national shipping company felt it bore the moral responsibility to support the international maritime event in Banda.

“The exact date of Sail Banda 2010 has actually yet to be confirmed but we at PT Pelni are ready to help make the event a success,” Bachtiar said.

He said the company was currently operating MV Ciremai and MV Kelimutu on its route to Banda in Central Maluku, Tual in Southeast Maluku, and a number of ports in West Papua and Papua.

Asked if the number of ships for Banda would be increased in the runup to Sail Banda 2010, Bachtiar said it was the responsibility of PT Pelni`s head office to decide.

“But because Sail Banda 2010 is an international event, I think there will be a good coordination between the transportation ministry and PT Pelni to increase the number of ships sailing to Banda,” Bachtiar said.

Meanwhile, Maluku Culture and Tourism Office spokesperson Florence Sahusilawane said Sail Banda 2010 is expected to reflect an international shipping expedition.

She said the international event is being designed by adopting the past period of “hongitochten”, punitive expeditions conducted by the Dutch to suppress uprisings in Seram, particularly in the clove-rich peninsula of Hoamoal and nearby islands with traditional boats.

Therefore, Sahusilawane called on villages across Maluku which have typical traditional boats to take part in and liven up the Sail Banda 2010.

She said the promotion of Sail Banda 2010 would not be very difficult because Banda islands had been known worldwide since the past as spice islands, and even UNESCO has named the islands one of the world heritages.

Maluku Governor Karel Albert Ralahalu said recently that some 150 sail boats from
various countries had been registered to take part in Sail Banda 2010.

“I met Culture and Tourism Minister Jero Wacik in Jakarta recently and he said about 150 sail boats have signed up for the international maritime event in Maluku next year,” the governor said.(*)

Source: Antara News
Baca Selengkapnya →Maluku preparing for sail Banda 2010

Maluku preparing for sail Banda 2010

Jakarta (ANTARA News) – After a successful Sail Bunaken 2009 in Manado, North Sulawesi, the Maritime Affairs and Fisheries Ministry will organize a similar international event in Banda, Central Maluku, next year.

To be called Sail Banda 2010, the event would be the brainchild of Maritime and Fisheries Minister Freddy Numberi, Alex Retraubun, director general of coastal area and small island affairs at the maritime and fisheries ministry, said.

“The Banda Islands are known worldwide for their historical significance and undersea natural beauty, and therefore Maluku will host Sail Banda 2010,” Retraubun said in the eastern Indonesian city of Ambon recently.

Banda is known as the original and only source of the once precious spices, nutmeg and mace, trade commodities that had a significant impact on world developments in the 15th century.

Early European reports described the tropical Banda Islands as a jewel-like cluster surrounded by crystal waters and brilliant coral reefs, and the most beautiful cluster of islands in Maluku.
Banda is made up of eleven small volcanic islands namely
Neira, Gunung Api, Banda Besar, Rhun, Ai, Hatta, Karaka, Manukan, Nailaka, Syahrir and Batu Kapal.

Syahrir island or formerly known as Pisang Island, and Batu Kapal Island which combine well for a morning dive, a picnic on the beach, and an afternoon dive are just 20 minutes by boat from the hotels on the town of Banda Neira.

All those Banda islands offer stunning tropical scenery, a remarkable history, friendly villages, and some of the globe`s most pristine, biologically diverse corral reefs which are good for that international event later next year.

Therefore members of Sail Banda 2010 international committee from various maritime countries will soon arrive to survey three locations in Maluku for consideration as the event`s venue.

Maluku provincial administration`s communication and information spokesman, Bakrie Lumbessy said in Ambon recently that the committee members would in the near future survey three locations, namely Lucipara islands in the Banda Sea, Banda Islands, and a diving site in Southwest Maluku district.

“Soon the international committee of Sail Banda 2010 will visit Maluku to survey the three locations in the province,” Lumbessy said.

He said the same committee had successfully organized the Sail Bunaken event in
North Sulawesi which was participated in by hundreds of sail boats and yachts from various countries last August.

According to Lumbessy, all the three locations for the Sail Banda 2010 offer undersea panoramas featuring many coral reefs and ornamental fish.

“Especially for an undersea flag raising ceremony, it will be conducted in one of the outlying islands in Southwest Maluku district,” Lumbessy said referring to Wetar, Kisar, Romang, or Maupora islands.

He said Sail Banda 2010 was scheduled to run from July 27 to August 28, 2010 and to be participated in by hundreds of sail boats and yachts from various countries around the world.

The Banda Sea which is known to have the deepest basin in the world also had areas abounding in colorful coral reefs and ornamental fish on which visitors could feast their eyes.

Banda islands also had various cultural tourist spots and famous historic sites that had been named by UNESCO as one of the world`s cultural heritages.

The Maluku provincial administration`s information and communication office had also asked for the active role of the press in the province and all elements of the public to jointly make Sail Banda 2010 a success.

Meanwhile, the national shipping company PT Pelni is also ready to help make the Sail Banda 2010 event a success by putting more ships into service on its route to the Banda Islands in Central Maluku, a spokesman said.

Bachtiar, head of PT Pelni`s Ambon branch office, said in Ambon that the national shipping company felt it bore the moral responsibility to support the international maritime event in Banda.

“The exact date of Sail Banda 2010 has actually yet to be confirmed but we at PT Pelni are ready to help make the event a success,” Bachtiar said.

He said the company was currently operating MV Ciremai and MV Kelimutu on its route to Banda in Central Maluku, Tual in Southeast Maluku, and a number of ports in West Papua and Papua.

Asked if the number of ships for Banda would be increased in the runup to Sail Banda 2010, Bachtiar said it was the responsibility of PT Pelni`s head office to decide.

“But because Sail Banda 2010 is an international event, I think there will be a good coordination between the transportation ministry and PT Pelni to increase the number of ships sailing to Banda,” Bachtiar said.

Meanwhile, Maluku Culture and Tourism Office spokesperson Florence Sahusilawane said Sail Banda 2010 is expected to reflect an international shipping expedition.

She said the international event is being designed by adopting the past period of “hongitochten”, punitive expeditions conducted by the Dutch to suppress uprisings in Seram, particularly in the clove-rich peninsula of Hoamoal and nearby islands with traditional boats.

Therefore, Sahusilawane called on villages across Maluku which have typical traditional boats to take part in and liven up the Sail Banda 2010.

She said the promotion of Sail Banda 2010 would not be very difficult because Banda islands had been known worldwide since the past as spice islands, and even UNESCO has named the islands one of the world heritages.

Maluku Governor Karel Albert Ralahalu said recently that some 150 sail boats from
various countries had been registered to take part in Sail Banda 2010.

“I met Culture and Tourism Minister Jero Wacik in Jakarta recently and he said about 150 sail boats have signed up for the international maritime event in Maluku next year,” the governor said.(*)

Source: Antara News
Baca Selengkapnya →Maluku preparing for sail Banda 2010

Rabu, 16 Desember 2009

Demografi Wilayah

Demografi Wilayah
Propinsi Maluku terdiri dari ribuan pulau-pulau kecil. Ibu kotanya adalah Ambon. Propinsi ini disebut juga dengan "Kepulauan rempah-rempah" karena propinsi ini merupakan penghasil cengkeh dan pala. Penduduk asli Propinsi Maluku adalah orang Ambon. Banyak pula orang-orang dari daerah lainnya yang menetap di Maluku, misalnya orang Jawa dan orang Bugis yang datang ke sana sebagai pedagang.

Beberapa tahun yang lalu Propinsi Maluku dibagi menjadi dua, yaitu Propinsi Maluku Utara dan Propinsi Maluku Selatan.
Hasil Sensus tahun 2000 jumlah penduduk Propinsi Maluku sebanyak 1.200.000 jiwa .Sebagian besar penduduk daerah ini berdiam di wilayah pedesaan pada tahun 1995 : 75,43 %, umumnya terletak di pesisir pantai sedangkan yang berdiam di daerah perkotaan sekitar 24,57 %.

Penyebaran penduduk tidak merata, dimana konsentrasi penduduk pada umumnya di pulau-pulau kecil seperti Ambon, Kepulauan Lease, Kei Kecil dan sebagian pulau sedang dan besar dapat dikatakan jarang penduduknya.

Sumber : BKKBN Prov. Maluku

Sumber : BPS. Prov. Maluku

Baca Selengkapnya →Demografi Wilayah

Letak Geografis

Letak Geografis
Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 632 pulau besar dan kecil. Pulau terbesar adalah Pulau Seram (18.625 Km2) disusul Pulau Buru (9.000 Km2), pulau Yamdena (5.085 Km2) dan Pulau Wetar (3.624 Km2).

Pulau-pulau di daerah ini dapat digolongkan atas dua bagian utama yaitu pulau vulkanis dan pulau karang yang terjadi dari pertemuan anatara system orogenetik dan lingkar pasifik dengan system orogenetik sunda. Di pulau-pulau ini terdapat empat gunung , 11 danau dan 113 sungai besar dan kecil, sekitar 83% desa di provinsi ini berada pada ketinggian 0-100m dari permukaan laut.
Iklim yang terdapat di kepulauan maluku adalah iklim Tropis dan iklim Muzon, karena Daerah maluku merupakan daerah kepulauan dan dikelilingi oleh lautan yang luas. Dengan demikian iklim di daerah ini sangat dipengaruhi oleh lautan yang luas dan berlangsung seirama dengan iklim musim yang terdapat di sini.

Batas Wilayah

Propinsi Maluku dengan Ibukota Ambon, terletak diantara 3? Lintang Utara 8.30? Lintang Selatan dan 125? - 135? Bujur Timur dengan batasan sebagai berikut :

 di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Maluku Utara

 di sebelah selatan berbatasan dengan Negara Tilor Leste dan Australia

 di sebelah barat berbatasan dengan Prpvinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah

 di sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Irian Jaya

Luas Wilayah

1. Luas Wilayah : 712.479,69 km?.

2. Luas daratan : 54.185km?.

3. Luas lautan : 658.294,69km?.

4. Perbandingan: 1 : 9

Daratan propinsi Maluku seluas 85.728 km2 atau 8.572.800 Ha terdiri dari 3 bagian yakni :

Tanah datar seluas : 1.251.630 Ha (14,6%)

Tanah berombak seluas : 2.417.530 Ha (28,2%)

Tanah bukit dan pegunungan : 4.903.640 Ha (57,2%)

Tanah dataran tinggi hampir tidak ada. Pegunungan merupakan sebuah punggung yang membentang ditengah-tengah pulau membentuk deretan gunung dengan ketinggian tertinggi 3.055 m.

Baca Selengkapnya →Letak Geografis

Letak Geografis

Letak Geografis
Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 632 pulau besar dan kecil. Pulau terbesar adalah Pulau Seram (18.625 Km2) disusul Pulau Buru (9.000 Km2), pulau Yamdena (5.085 Km2) dan Pulau Wetar (3.624 Km2).

Pulau-pulau di daerah ini dapat digolongkan atas dua bagian utama yaitu pulau vulkanis dan pulau karang yang terjadi dari pertemuan anatara system orogenetik dan lingkar pasifik dengan system orogenetik sunda. Di pulau-pulau ini terdapat empat gunung , 11 danau dan 113 sungai besar dan kecil, sekitar 83% desa di provinsi ini berada pada ketinggian 0-100m dari permukaan laut.
Iklim yang terdapat di kepulauan maluku adalah iklim Tropis dan iklim Muzon, karena Daerah maluku merupakan daerah kepulauan dan dikelilingi oleh lautan yang luas. Dengan demikian iklim di daerah ini sangat dipengaruhi oleh lautan yang luas dan berlangsung seirama dengan iklim musim yang terdapat di sini.

Batas Wilayah

Propinsi Maluku dengan Ibukota Ambon, terletak diantara 3? Lintang Utara 8.30? Lintang Selatan dan 125? - 135? Bujur Timur dengan batasan sebagai berikut :

 di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Maluku Utara

 di sebelah selatan berbatasan dengan Negara Tilor Leste dan Australia

 di sebelah barat berbatasan dengan Prpvinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah

 di sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Irian Jaya

Luas Wilayah

1. Luas Wilayah : 712.479,69 km?.

2. Luas daratan : 54.185km?.

3. Luas lautan : 658.294,69km?.

4. Perbandingan: 1 : 9

Daratan propinsi Maluku seluas 85.728 km2 atau 8.572.800 Ha terdiri dari 3 bagian yakni :

Tanah datar seluas : 1.251.630 Ha (14,6%)

Tanah berombak seluas : 2.417.530 Ha (28,2%)

Tanah bukit dan pegunungan : 4.903.640 Ha (57,2%)

Tanah dataran tinggi hampir tidak ada. Pegunungan merupakan sebuah punggung yang membentang ditengah-tengah pulau membentuk deretan gunung dengan ketinggian tertinggi 3.055 m.

Baca Selengkapnya →Letak Geografis

Lambang Maluku

Lambang Maluku
PERISAI

Sebuah alat pembela diri melambangkan kesiap-siagaan. berbentuk 5 (lima) segi melambangkan LIMA DASAR POKOK NEGARA "PANCASILA" Berukuran 5 : 3 dalam satu wadah yang bulat, melambangkan PANCASILA DAN EKA SILA, adalah seluruh potensi Maluku

PUCUK KELAPA
Kelapa adalah hasil utama daerah maluku Utara melambangkan potensi kemakmuran. Jumlah pucuk kelapa 17 (tujuh belas) buah melambangkan hari ke-17 dari bulan PROKLAMASI. Warna kuning melambangkan kejayaan

MUTIARA
Hasil yang khas dari Daerah Maluku Tenggara Jumlah Mutiara 8 (delapan) butir, melambangkan bulan ke-8 dari tahun PROKLAMASI Warna putih melambangkan kemurnian.
DAUN SAGU
Sagu adalah makanan pokok di Maluku melambangkan daya hidup (vitalitas) Jumlah daun sagu adalah 45 (empat puluh lima) melambangkan/menyatakan Tahun PROKLAMASI. Warna hijau melambangkan kehidupan dan harapan

PALA DAN CENGKIH
Hasil utama Daerah Maluku Tengah melambangkan Daerah Maluku sebagai kepulauan rempah-rempah, kekayaannya dimasa lampau dan kemungkinan-kemungkinan dimasa depan.

TOMBAK
Melambangkan kemauan dan tekad untuk mempertahankan meningkatkan hidup.

GUNUNG
Daerah Maluku bergunung-gunung yang melambangkan 3 daerah Maluku Utara, Maluku Tengah, Maluku Tenggara yang dalam sejarah adalah satu Gunung-gunung yang hijau melambangkan kekayaan hasil hutan yang berlimpah-limpah

LAUT
# Melambangkan infrastruktur utama dan kekayaan laut Maluku Gelombang melambangkan perjuangan.
# Gelombang berjumlah 9 (sembilan) melambangkan patasiwa dan 5 (lima) melambangkan patalkima sebagai dasar susunan kesatuan masyarakat Adat di Maluku
# Warna biru melambangkan kesetiaan kepada Nusa dan bangsa.

PERAHU
Melambangkan Pemerintahan yang didasarkan atas Persatuan dan Kekeluargaan menuju Kemakmuran Warna putih melambangkan perjuangan hidup yang suci.

WADA LAMBANG YANG BERBENTUK BULAT
berarti semen bundeling dari segala potensi dengan dasar merah sebagai tanda keberanian.

WARNA DASAR LAMBANG HIJAU MUDA
melambangkan masa yang gilang-gemilang

SIWA-LIMA MILIK BERSAMA
atas dasar Siwa Lima, kita memupuk Persatuan dan Kesatuan untuk mencapai kesejahteraan bersama.


Baca Selengkapnya →Lambang Maluku

Sejarah Maluku

Sejarah Maluku
Maluku merupakan salah satu propinsi tertua dalam sejarah Indonesia merdeka, dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Secara historis kepulauan Maluku terdiri dari kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai pulau-pulau tersebut. Oleh karena itu, diberi nama Maluku yang berasal dari kata Al Mulk yang berarti Tanah Raja-Raja. Daerah ini dinyatakan sebagai propinsi bersama tujuh daerah lainnya ? Kalimantan, Sunda Kecil, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera ? hanya dua hari setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun secara resmi pembentukan Maluku sebagai propinsi daerah tingkat I RI baru terjadi 12 tahun kemudian, berdasarkan Undang Undang Darurat Nomor 22 tahun 1957 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1958.
Lintasan Sejarah
Seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, Kepulauan Maluku memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan tidak dapat dilepaskan dari sejarah Indonesia secara keseluruhan. Kawasan kepulauan yang kaya dengan rempah-rempah ini sudah dikenal di dunia internasional sejak dahulu kala. Pada awal abad ke-7 pelaut-pelaut dari daratan Cina, khususnya pada zaman Dinasti Tang, kerap mengunjungi Maluku untuk mencari rempah-rempah. Namun mereka sengaja merahasiakannya untuk mencegah datangnya bangsa-bangsa lain kedaerah ini.
Pada abad ke-9 pedagang Arab berhasil menemukan Maluku setelah mengarungi Samudra Hindia. Para pedagang ini kemudian menguasai pasar Eropa melalui kota-kota pelabuhan seperti Konstatinopel. Abad ke-14 adalah merupakan masa perdagangan rempah-rempah Timur Tengah yang membawa agama Islam masuk ke Kepulauan Maluku melalui pelabuhan-pelabuhan Aceh, Malaka, dan Gresik, antara 1300 sampai 1400.
Pada abad ke-12 wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kepulauan Maluku. Pada awal abad ke-14 Kerajaan Majapahit menguasai seluruh wilayah laut Asia Tenggara. Pada waktu itu para pedagang dari Jawa memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.

Dimasa Dinas Ming (1368 ? 1643) rempah-rempah dari Maluku diperkenalkan dalam berbagai karya seni dan sejarah. Dalam sebuah lukisan karya W.P. Groeneveldt yang berjudul Gunung Dupa, Maluku digambarkan sebagai wilayah bergunung-gunung yang hijau dan dipenuhi pohon cengkih ? sebuah oase ditengah laut sebelah tenggara. Marco Polo juga menggambarkan perdagangan cengkih di Maluku dalam kunjungannya di Sumatra.

Era Portugis
Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Francis Xavier. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546, kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran agama.
Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.

Era Belanda
Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku.
Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.
Pada permulaan tahun 1800 Inggris mulai menyerang dan menguasai wilayah-wilayah kekuasaan Belanda seperti di Ternate dan Banda. Dan, pada tahun 1810 Inggris menguasai Maluku dengan menempatkan seorang resimen jendral bernama Bryant Martin. Namun sesuai konvensi London tahun 1814 yang memutuskan Inggris harus menyerahkan kembali seluruh jajahan Belanda kepada pemerintah Belanda, maka mulai tahun 1817 Belanda mengatur kembali kekuasaannya di Maluku.

Pahlawan
Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Thomas Matulessy yang diberi gelar Kapitan Pattimura, seorang bekas sersan mayor tentara Inggris.
Pada tanggal 15 Mei 1817 serangan dilancarkan terhadap benteng Belanda ''Duurstede'' di pulau Saparua. Residen van den Berg terbunuh. Pattimura dalam perlawanan ini dibantu oleh teman-temannya ; Philip Latumahina, Anthony Ribok, dan Said Perintah.
Berita kemenangan pertama ini membangkitkan semangat perlawanan rakyat di seluruh Maluku. Paulus Tiahahu dan putrinya Christina Martha Tiahahu berjuang di Pulau Nusalaut, dan Kapitan Ulupaha di Ambon.
Tetapi Perlawanan rakyat ini akhirnya dengan penuh tipu muslihat dan kelicikan dapat ditumpas kekuasaan Belanda. Pattimura dan teman-temannya pada tanggal 16 Desember 1817 dijatuhi hukuman mati di tiang gantungan, di Fort Niew Victoria, Ambon. Sedangkan Christina Martha Tiahahu meninggal di atas kapal dalam pelayaran pembuangannya ke pulau Jawa dan jasadnya dilepaskan ke laut Banda.

Era Perang Dunia Ke Dua
Pecahnya Perang Pasifik tanggal 7 Desember 1941 sebagai bagian dari Perang Dunia II mencatat era baru dalam sejarah penjajahan di Indonesia. Gubernur Jendral Belanda A.W.L. Tjarda van Starkenborgh , melalui radio, menyatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda dalam keadaan perang dengan Jepang.
Tentara Jepang tidak banyak kesulitan merebut kepulauan di Indonesia. Di Kepulauan Maluku, pasukan Jepang masuk dari utara melalui pulau Morotai dan dari timur melalui pulau Misool. Dalam waktu singkat seluruh Kepulauan Maluku dapat dikuasai Jepang. Perlu dicatat bahwa dalam Perang Dunia II, tentara Australia sempat bertempur melawan tentara Jepang di desa Tawiri. Dan, untuk memperingatinya dibangun monumen Australia di desa Tawiri (tidak jauh dari Bandara Pattimura).
Dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maluku dinyatakan sebagai salah satu propinsi Republik Indonesia. Namun pembentukan dan kedudukan Propinsi Maluku saat itu terpaksa dilakukan di Jakarta, sebab segera setelah Jepang menyerah, Belanda (NICA) langsung memasuki Maluku dan menghidupkan kembali sistem pemerintahan colonial di Maluku. Belanda terus berusaha menguasai daerah yang kaya dengan rempah-rempahnya ini ? bahkan hingga setelah keluarnya pengakuan kedaulatan pada tahun 1949 dengan mensponsori terbentuknya Republik Maluku Selatan? (RMS).

Baca Selengkapnya →Sejarah Maluku
@Copyright by: Memories In My Life Yudi Gp